|
|
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas manusia. Proses pendidikan merupakan salah satu upaya
tahapan pengembangan kemampuan dan perilaku manusia yang melibatkan hampir
seluruh pengalaman hidup anak didik. Sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan unggul akan berhasil, sedangkan yang tidak memiliki kemampuan akan
tersisih dari persaingan (Surapranata, 2004).
Pada saat ini pendidikan dihadapkan pada tantangan
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi
berbagai tantangan dan tuntutan yang bersifat kompetitif. Oleh karena itu,
peserta didik dituntut untuk mampu berkompetensi dalam berbagai ajang keilmuan
dan komunikasi dengan berbagai lomba- lomba yang bersifat ilmiah seperti
Olimpiade Sains Biologi.
Pada Olimpiade Sains Biologi banyak ajang perlombaan
yang diikuti oleh siswa- siswa SMP- SMA salah satu diantaranya adalah Uji
Kompetensi Tertulis (UKT) tingkat SMP. UKT merupakan perlombaan keilmuan berupa
tes yang dapat mengukur kemampuan kognitif siswa dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan tentang ilmu biologi yang telah mereka pelajari karena dalam tes
yang diujikan dapat mengukur tingkatan berfikir siswa dari tingkat pengetahuan
(C1) sampai tingkat analisis (C4). Biologi memberikan pengalaman belajar untuk
memahami konsep dan proses sains. Soal- soal yang diujikan pada Olimpiade Sains
Biologi FKIP UR 2010 disesuaikan dengan kurikulum yang ditetapkan yaitu KTSP dimana
dalam membuat soal berpedoman pada Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan
indikator dalam KTSP. Diharapkan dengan penyesuaian ini maka dapat dilihat
bagaimana kemampuan siswa dalam menghadapi tuntutan kurikulum tersebut.
Oleh karena itu, dilakukan analisis terhadap hasil
nilai siswa untuk dapat melihat profil kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
Uji Kompetensi Tertulis pada Olimpiade Sains Biologi tahun 2010 tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah
Profil Kemampuan Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Uji Kompetensi Tertulis
(UKT) Berdasarkan Ranah Kognitif pada Olimpiade Sains Biologi SMP- SMA se- Riau
Tahun 2010?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Profil Kemampuan Siswa SMP
dalam Menyelesaikan Soal Uji Kompetensi Tertulis (UKT) Berdasarkan Ranah
Kognitif pada Olimpiade Sains Biologi SMP- SMA se- Riau Tahun 2010.
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Untuk melihat Profil Kemampuan Siswa SMP
dalam Menyelesaikan Soal Uji Kompetensi Tertulis (UKT) Berdasarkan Ranah
Kognitif pada Olimpiade Sains Biologi SMP- SMA se- Riau Tahun 2010
2.
Sebagai masukan bagi panitia Olimpiade
Sains Biologi tahun berikutnya untuk meningkatkan mutu dan kualitas soal Uji
Kompetensi Tertulis (UKT) tingkat SMP agar mengacu kepada ajang Nasional bahkan
Internasional.
3.
Memberikan masukan kepada Himaprodi
Pendidikan Biologi untuk lebih memperhatikan kinerja dari para anggotanya dalam
pelaksanaan Olimpiade Sains Biologi.
|
TINJAUAN TEORITIS
2.1
Profil Kemampuan Siswa
Profil kemampuan
siswa merupakan gambaran dari kemampuan siswa. Berdasarkan pengertian dalam
kamus Besar Bahasa Indonesia “Profil” adalah gambaran/ keterangan tentang
sesuatu yang ingin disampaikan yang disajikan dapat berupa angka- angka, ciri-
ciri dan berupa grafik dari sesuatu yang ingin dijelaskan. Profil yang
diberikan diharapkan dapat memberikan penjelasan kepada orang lain tentang sesuatu
yang akan dijelaskan (Yasyin, 1997).
2.2 Olimpiade Sains Biologi FKIP UR
Olimpiade
biologi adalah salah satu ajang untuk menguji kemampuan siswa dalam bidang
biologi. Untuk meningkatkan minat siswa dalam bidang biologi, maka banyak pihak
yang menyelenggarakan kegiatan di bidang biologi seperti Internasional Biology
Olimpiad (IBO), Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan Olimpiade Sains Biologi FKIP
UR.
Olimpiade Sains Biologi FKIP UR
merupakan lomba keilmuan atau ajang kompetensi bagi siswa SMP – SMA yang ada di
Riau dalam bidang Sains Biologi. Ajang
ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan setiap tahun oleh Himpunan Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP – UR yang dimulai sejak tahun 2002.
Dalam
penyelenggaraannya siswa- siswi SMP diundang dari setiap sekolah yang ada di
Riau. Pihak sekolah yang ikut berpartisipasi pada kegiatan ini mendaftarkan
siswa- siswi mereka kepada panitia Olimpiade Sains Biologi. Setiap siswa yang
mendaftar diterima langsung sebagai peserta olimpiade. Penerimaan peserta tidak
dilakukan seleksi terlebih dahulu oleh pihak penyelenggara. Setiap tahunnya
format kegiatan selalu diubah baik dari cabang yang diperlombakan maupun
mekanisme pelaksanaannya. Hal ini
dimaksudkan agar ada perbaikan dari tahun- tahun sebelumnya, juga kompetensi
yang dimiliki siswa diharapkan menjadi ajang seleksi bagi Pemerintah Daerah dalam
mewujudkan siswa Riau yang berkualitas dan dapat eksis pada berbagai ajang
sains biologi, baik di tingkat Nasional maupun tingkat Internasional.
Dengan
diandakannya Olimpiade Sains Biologi ini diharapkan para guru yang mendampingi
siswa juga dapat menambah wawasan untuk kepentingan mengajar para siswa di
sekolah. Sementara itu bagi para mahasiswa yang menyelenggarakan olimpiade
sains Biologi se-Riau ini diharapkan dapat mempraktekkan ilmu yang didapat
dalam kegiatan ini jika telah lulus menjadi guru dan pendidik. Selain untuk
menambah ilmu dan wawasan para siswa, guru, dan mahasiswa, kegiatan ini juga
akan berdampak positif kepada FKIP-UR sebagai tuan rumah sekaligus tempat
berlangsungnya kegiatan.
2.3
Uji Kompetensi Tertulis (UKT)
Uji
Kompetensi Tertulis (UKT) adalah salah satu cabang yang diperlombakan dalam
Olimpiade Sains Biologi tahun 2010 yang diperuntukkan bagi siswa SMP dan SMA. Kompetensi
adalah kemampuan sinergis dari beberapa domain pengetahuan, (penguasaan dan
penerapan), keterampilan, sikap- sikap dan nilai yang diaktualisasikan dalam
kehidupan peserta didik secara berulang- ulang melalui kebiasaan berfikir dan
bertindak (Karham, 2005). Sedangkan tes tertulis adalah serangkaian soal,
pertanyaan atau tugas yang diberikan secara tertulis yang bertujuan untuk
mengetahui penguasaan siswa yang berkenaan dengan kemampuan berfikir, kemampuan
menggunakan bahasa, sikap, minat serta kecerdasan.
Uji
Kompetensi Tertulis yang diadakan oleh mahasiswa FKIP Biologi UR ini memiliki
beberapa bentuk soal antara lain objective
test (pilihan ganda) dan esai test
(test esai), mencakup ranah kognitif yang meliputi pengetahuan (C1),
pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4),
sintesis (C5), dan evaluasi (C6).
2.4
Kemampuan Siswa berdasarkan Ranah Kognitif
Kemampuan
masing- masing siswa dalam suatu mata pelajaran akan disesuaikan dengan
kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotor. Istilah
kognitif (cognitive) berasal dari
kata cognition dari kata knowing, artinya mengetahui.
Menurut
Martinis (2007), kemampuan kognitif adalah merangsang kemampuan berfikir,
kemampuan memperoleh pengetahuan, kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan,
pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.
Teori belajar kognitif lebih menekankan
pada belajar yang merupakan suatu
proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Belajar adalah suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan –
perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan
nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas (Hasanah, 2009)
Dalam
proses belajar bermakna diperlukan struktur kognitif. Sudijono (2001) mengatakan
ranah kognitif mencakup kegiatan mental. Ranah kognitif juga diartikan sebagai
kemampuan berfikir dan memberikan rasional. Struktur kognitif merupakan tempat
awal terjadinya pengkaitan antara pengetahuan yang dimiliki seseorang dengan
pengetahuan yang akan diajarkan.
Menurut Bloom dalam Arikunto (2009) ranah kognitif
dibagi menjadi 6 jenjang proses berfikir, yaitu :
1. Pengetahuan
(C1)
Pengetahuan
adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala,
rumus- rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
Pengetahuan atau ingatan adalah proses berfikir yang paling rendah.
Kata-
kata operasional yang digunakan adalah mendefenisikan, mendeskripsikan,
mengidentifikasikan, mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan dan
memproduksi (Arikunto, 2009).
2. Pemahaman
(C2)
Pemahaman
adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu
itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik
dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian
yang lebih rinci dengan menggunakan kata- katanya sendiri. Pemahaman merupakan
jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau
hafalan.
Kata-
kata operasional yang digunakan adalah mempertahankan, membedakan, menduga,
menerangkan, memperluas, menyimpulkan, memberikan contoh, menuliskan kembali
dan memperkirakan (Arikunto, 2009).
3. Aplikasi
(C3)
Aplikasi
adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide- ide umum,
tata cara ataupun metode- metode, prinsip- prinsip, rumus- rumus dan teori-
teori dalam situasi yang baru dan nyata. Aplikasi atau penerapan ini merupakan
proses berfikir setingkat lebih tinggi dari pemahaman.
Kata-
kata operasional yang digunakan adalah mengubah, menghitung, mendemontrasikan,
menemukan, memanipulasikan, memodifikasikan, mengoperasikan, meramalkan,
menyiapkan, menghasilkan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan dan
menggunakan (Arikunto, 2009)
4. Analisis
(C4)
Analisis
adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau
keadaan menurut bagian- bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di
antara bagian- bagian atau faktor- faktor yang satu dengan faktor lainnya.
Jenjang analisis setingkat lebih tinggi dari jenjang aplikasi.
Kata-
kata operasional yang digunakan adalah merinci, menyusun diagram, membedakan,
mengidentifikasikan, mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukkan,
menghubungkan, memilih, memisahkan dan membagi (Arikunto, 2009).
5. Sintesis
(C5)
Sintesis
merupakan kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir
analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian atau unsur secara
logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola
baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi dari jenjang
analisis.
6. Evaluasi
(C6)
Penilaian
atau evaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap
suatu situasi, nilai atau ide. Kata- kata operasional yang digunakan adalah
menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan,
membedakan, menerapkan, memutuskan, menafsirkan, menghubungkan, atau membantu
(Arikunto, 2009). Evaluasi adalah merupakan jenjang berfikir paling tinggi
dalam ranah kognitif menurut taksonomi Bloom.
Dalam
Olimpiade Sains Biologi, untuk
mengetahui kemampuan siswa berdasarkan ranah kognitif dapat diketahui dengan
diadakannya tes. Menurut Arikunto (2009) tes merupakan serentetan pertanyaan
atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.
Tes
didefenisikan sekumpulan butir soal yang jawabannya dapat dinyatakan dengan
benar salah. Tes juga diartikan sebagai salah satu wahana dalam program
penilaian pendidikan. Defenisi ini biasanya dipakai dalam usaha membedakan alat
atau teknik lain yang mungkin dipakai dalam penilaian hasil tersebut.
Dalam
UKT, tes yang diberikan pada siswa merupakan tes sumatif dimana tes ini berguna
untuk mengukur atau menilai sampai dimana pencapaian siswa terhadap bahan
pelajaran yang telah diajarkan (Ngalim, 2009).
Menurut
Thoha (2003) , sebelum menyusun suatu tes, hendaknya seorang guru harus
mengetahui proporsi untuk masing- masing aspek yaitu ingatan (C1),
pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4),
sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Keseluruhan aspek tersebut telah ditetapkan
proporsinya dengan ratio sebagai berikut:
C1
: (C2 +C3) : (C4 + C5 + C6)
= 1: 2 : 1.
2.5 Materi Biologi SMP
Materi
biologi SMP mencakup berbagai bidang yang merupakan cabang- cabang dari ilmu
biologi seperti genetika, sitologi, histologi, morfologi, anatomi, fisiologi,
taksonomi, ekologi dan evolusi.
2.5.1
Materi Kelas VII
Materi
untuk kelas VII terdiri dari alat,
teknik, dan keselamatan kerja dalam biologi, ciri-ciri makhluk hidup,
pengelompokan makhluk hidup, keanekaragaman makhluk hidup dan upaya
pelestariannya, keanekaragaman pada tingkat organisasi kehidupan (sel,
jaringan, organ dan sistem organ), ekosistem, hubungan saling ketergantungan,
pola interaksi organisme, pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap
lingkungan, pencemaran dan kerusakan lingkungan serta upaya mengatasinya, ciri-
ciri lingkungan alami dan tercemar, sumber- sumber pencemaran lingkungan,
macam-macam pencemaran lingkungan, akibat pencemaran terhadap makhluk hidup
secara global, kerugian akibat penebangan hutan, usaha- usaha untuk mencegah
dan mengatasi kerusakan lingkungan.
2.5.2
Materi Kelas VIII
Materi
untuk kelas VIII terdiri dari struktur dan fungsi tubuh tumbuhan, struktur dan
fungsi akar, struktur dan fungsi batang, struktur dan fungsi daun, struktur dan
fungsi bunga, struktur dan fungsi buah serta biji, hama dan penyakit pada organ tumbuhan, gerak pada tumbuhan, fotosintesis,
sistem gerak pada manusia dan vertebrata, makanan dan sistem pencernaan pada
manusia, sistem pernapasan pada manusia dan vertebrata, sistem peredaran darah
pada manusia, sistem ekskresi pada manusia, alat ekskresi pada manusia,
kelainan dan penyakit pada sistem ekskresi, sistem syaraf pada manusia, alat
indra pada manusia, kelainan dan penyakit pada alat indra.
2.5.3
Materi Kelas IX
Materi
kelas IX terdiri dari pertumbuhan dan perkembangan, kelangsungan hidup
organisme, reproduksi pada tumbuhan, reproduksi pada hewan dan manusia,
reproduksi secara seksual pada hewan, reproduksi seksual pada hewan tingkat
tinggi (vertebrata), reproduksi pada manusia, penyakit yang berhubungan dengsn
sistem reproduksi pada manusia, teknologi reproduksi, bioteknologi, biologi
konvensional dan modern, pemanfaatan mikroorganisme dalam bioteknologi pada
berbagai bidang, kultur jaringan, Hidroponik, dan Aeroponik, rekayasa genetika,
dampak penerapan bioteknologi.
|
METODE PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
yang membahas tentang “Profil Kemampuan Siswa SMP dalam menyelesaikan Soal Uji
Kompetensi Tertulis (UKT) berdasarkan ranah kognitif pada Olimpiade Sains
Biologi SMP- SMA se-Riau Tahun 2010” dilakukan di Program Studi Pendidikan
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau pada bulan Maret – Mei 2011.
3.2
Jenis Penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh adalah data profil kemampuan
siswa SMP dalam menyelesaikan soal Uji Kompetensi Tertulis (UKT) berdasarkan
ranah kognitif pada Olimpiade Sains Biologi SMP- SMA se-Riau tahun 2010.
3.3
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh peserta UKT tahun 2010 sebanyak 420 siswa dari
berbagai Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Provinsi Riau yang mengikuti Uji
Kompetensi Tertulis (UKT) SMP pada Olimpiade Sains Biologi. Pengambilan sampel
pada penelitian ini adalah 420 siswa pada UKT tahap I atau seluruh siswa yang
mendaftar , 229 siswa pada UKT tahap II yaitu 50% siswa yang lolos pada UKT
tahap I dengan perolehan nilai minimal 42, dan 109 siswa pada UKT tahap III
yaitu 50% siswa yang lolos pada UKT tahap II dengan perolehan nilai minimal 44.
3.4
Parameter Pengamatan
Parameter
pengamatan pada penelitian ini adalah profil kemampuan siswa SMP dalam menyelesaikan
soal Uji Kompetensi Tertulis (UKT) berdasarkan ranah kognitif pada Olimpiade
Sains Biologi SMP- SMA se-Riau tahun 2010.
3.5
Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan berupa data hasil UKT siswa
SMP yang telah mengikuti lomba UKT pada Olimpiade Sains Biologi tahun 2010.
Dari data tersebut kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal UKT berdasarkan
ranah kognitif dapat dianalisis.
3.6
Teknik Pengumpulan data
Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari
arsip Himaprodi Pendidikan Biologi FKIP UR. Soal dan lembar jawaban dikumpulkan
dengan menggunakan teknik dokumentasi.
Materi
dalam UKT SMP terdiri dari materi pelajaran Sains Biologi kelas VII, VIII, dan IX
ditambah dengan materi IPA Biologi SMA. UKT SMP terdiri dari tiga tahap
seleksi, yaitu :
1. UKT
tahap I (babak penyisihan), terdiri dari 50 soal objektif (pilihan ganda)
dengan proporsi soal 1 : 2 : 1 atau 25% soal mudah : 50 % soal sedang : 25 %
soal sukar, yang diikuti oleh seluruh siswa yang terdaftar sebagai peserta UKT.
50 % peserta terbaik UKT tahap I berhak ikut pada UKT tahap II.
2. UKT
tahap II (babak semifinal), merupakan lanjutan dari UKT tahap I. terdiri dari
50 soal objektif (pilihan ganda) dengan proporsi soal 1 : 1 atau 50 % soal
sedang : 50 % soal sukar. Diikuti oleh seluruh peserta yang lulus pada UKT
tahap I. 50 % dari peserta yang mendapat nilai terbaik pada UKT tahap II berhak
ikut pada UKT tahap III.
3. UKT
tahap III (babak final), merupakan tahap akhir dari perlombaan UKT. Terdiri
dari 10 soal uraian dengan proporsi soal 25% soal sedang dan 75% soal sukar,
yang diikuti oleh peserta yang lolos pada UKT tahap II. Setelah selesai
mengikuti UKT I, II dan III maka nilai peserta yang mengikuti UKT III
diakumulasikan dengan nilai UKT I dan UKT II, setelah diakumulasikan maka 3
orang terbaik yang dipilih sebagai juara I, II dan III.
Dalam pelaksanaannya, Uji Kompetensi Tertulis (UKT) tingkat SMP terdiri dari
beberapa pokok bahasan diantaranya :
1.
Pada
UKT Tahap I bidang studi yang diujikan adalah yaitu Mikrobiologi, Biologi Sel, Ekologi,
Anatomi Tumbuhan, Struktur Hewan, Fisiologi Hewan, Fisiologi Tumbuhan,
Morfologi, Bioteknologi, Evolusi dan Genetika.
Proporsi soal untuk UKT tahap I adalah 1 : 2 : 1.
2.
Pada
UKT Tahap II bidang studi yang diujikan sama dengan bidang studi yang diujikan
pada UKT tahap I namun proporsi soal pada UKT tahap I dan tahap II berbeda.
Proporsi soal UKT tahap II adalah 1 : 1.
3.
Pada
UKT Tahap III bidang studi yang diujikan adalah Mikrobiologi, Biologi Sel, Ekologi, Struktur
Hewan, Fisiologi Hewan, Fisiologi Tumbuhan, Morfologi, Bioteknologi dan
Genetika. Bidang studi anatomi tumbuhan dan evolusi tidak diujikan pada tahap
ini. Proporsi soal untuk UKT tahap III adalah 1 : 3.
3.7
Teknik analisa data
Kemampuan
Siswa SMP dalam menyelesaikan soal Uji Kompetensi Tertulis (UKT) berdasarkan
ranah kognitif pada Olimpiade Sains Biologi SMP- SMA Se- Riau tahun 2010 dapat
dianalisa dengan cara berikut ini:
1. Untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal Uji Kompetensi Tertulis (UKT)
dilakukan analisis terhadap lembar jawaban siswa dengan menghitung jumlah
jawaban yang benar. Setiap jawaban benar diberi nilai 2 kemudian dihitung skor
total untuk masing- masing siswa pada UKT tahap I, II dan III.
2. Setelah
dihitung jumlah jawaban yang benar masing- masing siswa, lalu dihitung jumlah
siswa yang menjawab benar setiap nomor soal, mulai dari soal no. 1 sampai
dengan soal nomor 50 untuk UKT tahap I dan II dengan memberikan angka 1 untuk
siswa yang menjawab benar dan 0 untuk siswa yang menjawab salah. Sedangkan pada
UKT tahap III dihitung jumlah total
nilai yang diperoleh setiap soal, mulai dari soal nomor 1 sampai dengan soal
nomor 10. Untuk siswa yang menjawab benar diberi nilai 10 untuk masing- masing
soal, kemudian data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
P = x 100 %
Keterangan: F = jumlah siswa yang menjawab benar
N
= jumlah siswa keseluruhan
P = persentase kemampuan siswa (Sudijono, 2006)
3. Setelah
dihitung persentase jumlah siswa yang menjawab benar setiap nomor soal, lalu
dikelompokkan dari jumlah siswa yang menjawab benar berdasarkan ranah kognitif
C1, C2, C3 dan C4, kemudian dirata-
ratakan untuk UKT tahap I dan II serta UKT tahap III. Rata- rata persentase
tersebut dimasukkan ke tabel hasil.
4. Dari
rata- rata persentase tersebut ditetapkan jumlah siswa yang masuk kriteria baik
sekali, baik, cukup dan kurang berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Tabel 1 .Kriteria Kemampuan Siswa dalam
menyelesaikan soal Uji Kompetensi
Tertulis (UKT) pada tahun 2010.
Skor Nilai (%)
|
Kriteria
|
80 – 100
|
Baik sekali
|
66 – 79
|
Baik
|
56 – 65
|
Cukup
|
≤ 55
|
Kurang
|
(Arikunto,
2009)
5. Setelah
dihitung persentase jumlah siswa yang masuk kriteria baik sekali, baik, cukup
dan kurang, kemudian dimasukkan ke tabel hasil.
Setelah
diperoleh rata- rata kemampuan siswa pada tahun 2010 dalam menyelesaikan soal
UKT, maka dilakukan perbandingan dengan rata- rata kemampuan siswa yang
mengikuti UKT pada tahun 2006 yang sudah diteliti oleh Windari (2007) dan
Irayani (2007) untuk melihat apakah profil kemampuan siswa yang mengikuti UKT
mengalami peningkatan tiap tahunnya atau tidak. Peneliti mengambil rata- rata
UKT tahun 2006 sebagai perbandingan karena penelitian tentang profil kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal UKT ini pernah dilakukan pada tahun 2006
tersebut.
|
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Peserta Olimpiade Sains Biologi tahun
2010
Olimpiade
Sains Biologi tahun 2010 diikuti oleh seluruh siswa SMP se- Riau yang terdiri
dari beberapa kabupaten. Setiap siswa yang mengikuti Olimpiade merupakan siswa
pilihan dari masing- masing sekolah untuk tiap daerahnya. Siswa- siswa yang
mengikuti UKT ini tidak mengikuti penyeleksian sehingga tingkat kemampuan antar
siswa ini berbeda sehingga adanya kompetensi.
Berdasarkan
hasil penelitian maka dapat dilihat Profil kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal UKT berdasarkan ranah kognitif untuk tiap kabupaten/ kota sebagai berikut:
Tabel 2. Profil
Kemampuan Siswa SMP dalam Menyelesaikan soal Uji Kompetensi Tertulis (UKT) tiap
Kabupaten/kota.
No
|
Kabupaten/ kota
|
Rata- rata per tahap
|
Rata-
rata keseluruhan
|
|||||
I
|
II
|
III
|
||||||
Nilai
|
Kriteria
|
Nilai
|
Kriteria
|
Nilai
|
Kriteria
|
|||
1
|
Pekanbaru
|
43,19
|
Kurang
|
46,10
|
Kurang
|
26,26
|
Kurang
|
38,50
|
2
|
Kab. Kampar
|
37,03
|
Kurang
|
37,41
|
Kurang
|
17,58
|
Kurang
|
30,67
|
3
|
Kab. Bengkalis
|
55,65
|
Kurang
|
53,48
|
Kurang
|
25,08
|
Kurang
|
44,70
|
4
|
Kab. Indragiri
Hulu
|
39,04
|
Kurang
|
38,20
|
Kurang
|
11,25
|
Kurang
|
29,40
|
5
|
Kab. Kuantan
Singingi
|
33,09
|
Kurang
|
42,00
|
Kurang
|
10,00
|
Kurang
|
28,36
|
6
|
Kab. Siak
|
30,89
|
Kurang
|
43,50
|
Kurang
|
23,20
|
Kurang
|
32,53
|
7
|
Kab. Pelalawan
|
22,00
|
Kurang
|
48,00
|
Kurang
|
-
|
-
|
23,30
|
8
|
Kab. Rokan Hulu
|
36,00
|
Kurang
|
-
|
-
|
-
|
-
|
12,00
|
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa
kemampuan siswa untuk yang mengikuti Olimpiade Sains Biologi tiap daerahnya
berbeda- beda. Untuk daerah Pekanbaru, rata- rata kemampuan siswanya pada UKT
tahap I adalah 43,19 (kurang) dari 268 siswa (Lampiran 3), pada UKT tahap II
adalah 46,10 (kurang) dari 151 siswa (Lampiran 8) dan pada UKT tahap III adalah
25,26 (kurang) dari 74 siswa (Lampiran 13). Untuk nilai siswa dari kabupaten
Kampar, pada UKT tahap I sebesar 37,03 (kurang) dari 62 siswa (Lampiran 3), pada
UKT tahap II sebesar 37,41 (kurang) dari 27 siswa (Lampiran 8) dan pada UKT
tahap III sebesar 17,58 (kurang) dari 6 siswa (Lampiran 13).
Perolehan nilai siswa di Kabupaten
Bengkalis pada UKT tahap I adalah 55,65 (kurang) dari 23 siswa (Lampiran 3),
pada UKT tahap II adalah 53,48 (kurang) dari 23 siswa (Lampiran 8), dan pada
UKT tahap III adalah 25,08 (kurang) dari 19 siswa (Lampiran 13). Dari rata-
rata keseluruhan dapat dilihat bahwa kemampuan siswa Pekanbaru masih dikatakan
rendah (38,50) daripada kemampuan siswa dari kabupaten Bengkalis (44,70) padahal
diketahui bahwa siswa Pekanbaru merupakan siswa yang lebih banyak memiliki
kesempatan, sarana dan prasarana untuk belajar dibandingkan siswa yang sekolah
di daerah karena fasilitas sekolah di Pekanbaru lebih memadai dibandingkan sekolah
di daerah lain yang memiliki fasilitas terbatas untuk belajar.
Perolehan rata – rata nilai siswa
Pekanbaru lebih rendah dibandingkan rata – rata nilai siswa pada Kabupaten Bengkalis
namun peringkat I, II, III pada Olimpiade Sains Biologi 2010 bidang UKT diraih
oleh siswa – siswa dari sekolah di Pekanbaru diantaranya, SMP Negeri 4
Pekanbaru meraih peringkat I dan II, dan SMP Cendana Rumbai Pekanbaru pada
Peringkat III (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa dari tingkat kemampuan,
siswa Pekanbaru dikatakan lebih baik dibandingkan dengan siswa dari daerah lain.
Selain sarana dan prasarana di
sekolah yang cukup memadai, siswa Pekanbaru lebih memiliki banyak kesempatan
belajar tambahan seperti mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Dilihat
dari segi teknologi pun siswa Pekanbaru lebih mudah mendapatkan informasi
melalui website yang juga memberikan pembelajaran kepada siswa melalui jaringan
internet. Untuk beberapa sekolah yang sudah diakui menghasilkan siswa- siswa
yang bermutu seperti SMP Negeri 4 Pekanbaru dan SMP Cendana Rumbai pastinya
memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang pembelajaran siswa
sehingga menghasilkan siswa yang berkualitas pula. Siswa juga lebih sering
dihadapkan pada kegiatan- kegiatan penunjang hasil belajar seperti mengadakan class meeting, try out dari berbagai bimbingan
belajar sehingga siswa lebih terbiasa mengikuti kegiatan- kegiatan bersifat
kompetensi seperti Olimpiade ini. Kemudahan – kemudahan inilah yang menjadi
pembeda tingkat kemampuan siswa yang ada di Pekanbaru dengan siswa yang ada di
daerah.
Pada daerah Indragiri Hulu, nilai
siswa pada UKT tahap I adalah 39,04 (kurang) dari 23 siswa, pada UKT tahap II
sebesar 38,20 (kurang) dari 10 siswa, dan pada UKT tahap III sebesar 11,25 (kurang)
dari 2 siswa. Begitu juga dengan perolehan nilai siswa- siswa untuk Kabupaten
Kuantan Singingi, Kabupaten Siak, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Rokan hulu
yang dengan kriteria kurang dengan jumlah siswa tidak lebih dari 11 orang untuk
tiap tahapnya yang dapat dilihat pada lampiran yang sama.
Kurangnya siswa dalam menyelesaikan
soal UKT bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Yang pertama yaitu faktor
sekolah dimana faktor yang utama yang mempengaruhi hasil belajar ini adalah
guru, diantaranya metode mengajar guru, kurikulum, metode belajar, sarana dan
prasarana yang ada di sekolah. Metode mengajar guru di sekolah hendaknya lebih
variatif, jangan hanya mengajar dengan metode ceramah karena siswa yang menjadi
pasif. Guru harus berani mencoba metode- metode baru yang dapat membantu
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sehingga siswa lebih aktif dalam
pembelajaran yang nantinya menumbuhkan jiwa kompetensi dalam diri siswa
sehingga siswa lebih siap menghadapi tuntutan kurikulum saat ini. Metode
mengajar guru di daerah berbeda dengan metode belajar guru di kota besar. Metode
mengajar guru di kota besar lebih bervariatif dibandingkan metode mengajar guru
di daerah. Tentu saja ini berkaitan dengan sarana dan prasarana yang ada di
sekolah, apakah telah memadai atau belum sama sekali. Oleh karena itu,
hendaknya pemerintah lebih menunjang kualitas sekolah di daerah agar tidak
tertinggal dengan sekolah- sekolah di kota besar.
Faktor kedua
adalah faktor psikis, diantaranya faktor kejiwaan atau suasana batin yang
menyelimuti diri siswa pada saat melaksanakan tes seperti suasana gembira,
murung atau pikiran yang sedang kalut atau kacau karena pengawasan yang ketat
sehingga mengganggu konsentrasi siswa ataupun siswa tersebut dalam keadaan
sakit, secara langsung atau tidak langsung akan dapat mempengaruhi diri siswa
yang sedang diukur dan dinilai kemampuannya.
Faktor ketiga
adalah intelegensi masing- masing siswa, dimana intelegensi besar pengaruhnya
terhadap kemajuan belajar dan menentukan hasil belajar siswa. Belajar merupakan
suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya dan
intelegensi merupakan salah satu faktor di antara faktor lain. Namun,
keberhasilan seorang siswa tidak hanya ditentukan oleh kemampuan intelektualnya
namun ada faktor lain seperti motivasi, sikap, kesehatan fisik, mental,
kepribadian, ketekunan, minat dan bakat siswa yang mempengaruhi hasil belajar
siswa (Slameto, 2003). Tingkat intelegensi masing- masing siswa pasti berbeda,
baik siswa Pekanbaru maupun siswa dari daerah, tergantung pada cara belajar
siswa itu sendiri dan IQ siswa tersebut.
Faktor keempat
adalah kesiapan siswa dalam mengikuti tes. Kesiapan adalah kesediaan untuk
memberikan respon atau jawaban. Apabila siswa yang mengikuti tes tersebut siap
melaksanakan tes dengan dibekali kecakapan dan kematangan siswa tersebut maka
siswa itu mampu mengikuti tes dengan baik dan memperoleh hasil yang memuaskan
pula. Terkadang siswa yang mengikuti ajang kompetensi seperti Olimpiade ini
dipersiapkan sehari sebelum hari pelaksanaan Olimpiade sehingga siswa tersebut
belajar sistem kebut semalam. Banyaknya materi yang harus dipelajari siswa
dalam semalam dan pada pelaksanaannya, siswa belum siap untuk mengikuti tes
karena tidak semua materi yang berhasil ia pahami. Karena itulah, diharapkan
para guru pembimbing untuk lebih mempersiapkan siswanya lebih baik untuk
mengikuti Olimpiade.
Dalam belajar, kurikulum menyajikan
bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan
pelajaran itu. Jelas bahan pelajaran mempengaruhi belajar siswa. Kemungkinan
besar sekolah- sekolah di daerah belum bisa mengikuti perkembangan kurikulum
saat ini. Kendalanya adalah buku ajar yang terbatas pemasukannya ke daerah-
daerah membuat guru kesulitan untuk memberikan bahan pelajaran yang lebih
bermutu sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.
Oleh karena itu, dari hasil
penelitian tersebut dapat dijelaskan bahwa walaupun rata- rata keseluruhan
siswa Bengkalis lebih tinggi dari siswa Pekanbaru dan kabupaten lain namun
peringkat juara I, II dan III pada UKT 2010 masih dipegang oleh siswa
Pekanbaru. Hal ini menunjukkan bahwa siswa Pekanbaru masih dikatakan unggul
dari siswa daerah karena siswa Pekanbaru lebih memiliki kesiapan, kecerdasan
dan kematangan dalam mengikuti ajang kompetensi seperti Olimpiade ini dengan
berbagai fasilitas yang lebih memadai daripada siswa daerah.
4.2
Profil Kemampuan Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Uji Kompetensi Tertulis
(UKT) Tahap I berdasarkan Ranah Kognitif pada Olimpiade Sains Biologi SMP- SMA se-
Riau tahun 2010.
Dari hasil
analisis kemampuan siswa SMP dalam menyelesaikan soal Uji Kompetensi Tertulis
(UKT) tahap I berdasarkan ranah kognitif dari kategori soal C1 sampai C4 (Lampiran
7) pada Olimpiade Sains Biologi SMP- SMA Se-Riau tahun 2010 maka dapat diperoleh
hasil penelitian sebagai berikut :
Tabel 3. Profil
Kemampuan Siswa SMP dalam Menyelesaikan soal UKT tahap I berdasarkan Ranah
Kognitif pada Olimpiade Sains Biologi SMP- SMA se- Riau Tahun 2010.
Ranah Kognitif
|
UKT Tahap I
|
||
Jumlah Soal
|
P (%)
|
Kriteria
|
|
C1
|
10
|
31,45
|
Kurang
|
C2
|
12
|
47,56
|
Kurang
|
C3
|
13
|
40,81
|
Kurang
|
C4
|
15
|
47,75
|
Kurang
|
Rata- Rata
|
50
|
41,89
|
Kurang
|
Ket : P = Persentase kemampuan
siswa
Berdasarkan Tabel
3 diketahui bahwa persentase profil kemampuan siswa pada UKT tahap I dalam
menyelesaikan soal pada tahap ini adalah 41, 89% (kurang).
Persentase
kemampuan siswa SMP untuk kategori soal pengetahuan (C1) adalah 31,45% (kurang)
dari 10 soal. Dari tingkat kesukaran soal, justru soal tingkat pemahaman (C1)
lah memiliki persentase terendah. Hal ini dapat dilihat pada soal nomor 2
dimana jumlah siswa yang menjawab benar hanya 18 orang dari 429 siswa. Hal ini
bisa dikarenakan perbedaan teori yang digunakan pada materi perguruan tinggi
dan tingkat SMP. soal tersebut berbunyi “Teori sel yang menyatakan bahwa di
dalam sel terdapat suatu zat yang kental (dikenal dengan protoplasma). Teori
ini pertama kali diusulkan oleh …..”. Pada soal ini, kebanyakan siswa menjawab
pilihan A (Schleiden dan Schwan), namun ternyata jawaban yang benar adalah
pilihan C (Dujardin). Setelah dianalisis, teori yang menyatakan Dujardin yang mengusulkan
bahwa pada sel terdapat suatu zat yang kental itu berpatokan pada materi
perguruan tinggi mengenai teori sel sedangkan pada tingkat SMP, siswa hanya
mengenal Schleiden dan Schwan sebagai penemu teori sel.
Oleh karena itu, diperlukan adanya kesinambungan dalam
pembuatan soal agar tidak terjadi kekeliruan seperti ini. Selain
itu, soal yang diujikan pun dalam bentuk soal pilihan ganda dimana siswa
diberikan beberapa kemungkinan jawaban. Kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal kategori C1 ini dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya faktor dalam
dan faktor luar. Faktor dalam yang mempengaruhi siswa diantaranya ketegangan
dalam melaksanakan tes dan rasa takut tersisihkan dan gagal dalam tes membuat
siswa tidak nyaman dalam menyelesaikan soal tes yang ada.
Arikunto
(2009) menjelaskan bahwa walaupun dalam melaksanakan tes sudah diusahakan
mengikuti aturan tentang suasana, cara dan prosedur yang telah ditentukan namun
tes itu sendiri mengandung kelemahan dimana adakalanya tes menimbulkan kecemasan
sehingga mempengaruhi hasil tes. Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi siswa
itu sendiri adalah suasana ruangan yang senyap dan juga pengawasan yang ketat
pun mengakibatkan siswa tidak bisa menyelesaikan tes dengan baik.
Menurut
Winkel (2005) mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, yaitu orang menyadari
bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan- kesan
yang diperoleh sebelumnya. Selain itu, sesuatu yang harus diingat harus jelas,
mempunyai arti dan mempunyai keterkaitan dengan siswa serta intensitas
rangsangan yang cukup kuat oleh guru agar siswa mudah untuk mengingat materi
pelajaran yang diberikan. Dalam pembelajaran, mengingat dan lupa adalah dua hal
yang berkaitan dengan proses dan hasil belajar sehingga pembelajaran akan
dikatakan efektif apabila informasi yang dipelajari dapat diingat dengan baik
dan apabila siswa itu lupa berarti siswa tersebut tidak mampu untuk
mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya karena
informasi yang disimpan tidak pernah digunakan kembali.
Untuk
persentase kemampuan siswa SMP untuk kategori soal pemahaman (C2) adalah 47,56%
(kurang) dari 12 soal. Pada dasarnya soal tingkat pemahaman (C2) ini menuntut
siswa memiliki kemampuan untuk memahami sesuatu yang telah diketahui dan
diingatnya. Kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal tingkat
pemahaman disebabkan siswa tidak mampu mengingat teori yang pernah
dipelajarinya sehingga dia sulit untuk memahami materi yang meminta siswa untuk
menjelaskan suatu proses. Seperti pada soal nomor 19 yang berbunyi “Pembuluh
limfa kanan mengumpulkan cairan dari.....” . soal ini meminta siswa untuk
mengingat apa itu pembuluh Limfa, jika dia tidak mengetahui apa itu pembuluh
limfa makan dia akan mengalami kesulitan menjawab soal tersebut yang meminta
pemahaman lebih rinci dari pembuluh limfa tersebut.
Menurut
Ngalim (2009), soal pemahaman (C2) menuntut kemampuan untuk menangkap arti
suatu hal yang telah dipelajari yang terlihat antara lain dalam kemampuan
seseorang menafsirkan informasi, meramalkan akibat suatu peristiwa dan
kemampuan lain yang sejenis.
Untuk
persentase kemampuan siswa SMP untuk kategori soal aplikasi (C3) adalah 40,81% (kurang)
dari 13 soal. Pada soal nomor 32 yang berbunyi “Si Ani membuat tape singkong.
Prosesnya dimulai dari pengupasan kulit, pencucian, perebusan, pendinginan,
lalu terakhir dimasukkan dalam wadah tertutup dengan penambahan ragi. Setelah
tiga hari tapai jadi. Asumsi terhadap apa yang dilakukan Ani adalah…..”. Pada
soal ini, siswa yang mampu menjawab hanya 60 siswa. Hal ini bisa disebabkan
siswa ini belum pernah melaksanakan hal yang sama dengan tuntutan soal atau
siswa tidak memahami proses yang terjadi sehingga hanya sedikit siswa yang
menjawab dengan benar. Oleh karena itu, sebaiknya tiap siswa di sekolah lebih
sering aktif untuk melaksanakan eksperimen sehingga setelah dia ingat dan paham
maka ia dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari.
Menurut
Ngalim (2009), dalam tingkat aplikasi, siswa dituntut kemampuannya untuk
menerapkan atau menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam suatu situasi
yang baru baginya. Penggunaan kata- kata operasional tingkat aplikasi yang
tidak sesuai pun bisa menjadi penyebab kurangnya kemampuan siswa untuk menyelesaikan
soal- soal tersebut. Adapun menurut Bloom dalam Ngalim (2009), kata- kata
operasional untuk tingkat penguasaan aplikasi adalah menggunakan, menerapkan,
menghubungkan, memilih, mengembangkan, mengorganisasikan, menyusun,
mengklasifikasikan, dan mengubah struktur.
Persentase
kemampuan siswa untuk kategori soal analisis (C4) adalah 47,75% (kurang) dari
15 soal. Begitu juga dengan kemampuan analisis siswa, apabila siswa tidak mampu
untuk menerapkan apa yang telah ia pelajari maka siswa akan kesulitan untuk
menganalisis masalah yang ada dihadapannya. Untuk menganalisis, dihadapkan pada
soal berupa kasus. Dalam hal ini dituntut kemampuan siswa untuk menganalisis
atau menguraikan sesuatu persoalan untuk mengetahui bagian- bagiannya. Soal analisis
yang diujikan ingin melihat seberapa mampukah siswa tersebut memahami konsep
yang pernah ia pelajari, kemudian menerapkan konsep tersebut dan kemudian
mengambil sikap apabila terdapat masalah dari konsep itu sendiri sehingga dia
menggunakan ingatan dan pemahaman yang ada untuk menyelesaikan masalah itu.
Namun kenyataannya, siswa mengalami kesulitan dalam hal mengingat, memahami
bahkan menerapkan konsep yang pernah ia pelajari sehingga siswa pun kurang
mampu untuk menganalisis suatu masalah.
Menurut
Ngalim (2009), pada tingkat analisis, siswa diharapkan dapat memahami sekaligus
dapat memilih sehingga menjadi bagian- bagian. Hal ini dapat berupa kemampuan
untuk memahami dan menguraikan bagaimana proses terjadinya sesuatu, cara
bekerjanya sesuatu, atau mungkin juga sistematikanya. Kurangnya kemampuan siswa
SMP dalam menyelesaikan soal tingkat analisis (C4) dipengaruhi oleh kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal tingkat pengetahuan (C1) sampai soal tingkat
aplikasi (C3) dan juga kurangnya kemampuan dalam memahami hubungan- hubungan
antara bagian materi yang satu dengan materi lain.
Selain
itu, kurangnya kemampuan analisis siswa juga dapat disebabkan perintah soal
yang kurang jelas atau bahasa soal yang kurang komunikatif sehingga siswa
mendapat kesulitan dalam menjawab soal. Adapun kata operasional untuk tingkat analisis
adalah membedakan, menemukan, mengklasifikasikan, mengkategorikan,
menganalisis, dan membandingkan (Ngalim, 2009).
Kurangnya
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal tingkat pengetahuan (C1) sampai soal
tingkat analisis (C4) dapat disebabkan karena UKT tahap I merupakan penyaringan
awal. Siswa yang mengikuti UKT tahap I adalah seluruh siswa SMP yang terdaftar
sebagai peserta tanpa adanya seleksi terlebih dahulu sehingga banyak siswa yang
memperoleh nilai rendah. Hal ini tentu mempengaruhi rata- rata persentase
kemampuan siswa menyelesaikan soal C1 sampai C4.
4.3 Profil Kemampuan Siswa SMP dalam Menyelesaikan
Soal Uji Kompetensi Tertulis (UKT) Tahap II berdasarkan Ranah Kognitif pada
Olimpiade Sains Biologi SMP- SMA Se- Riau tahun 2010.
Dari
hasil analisis kemampuan siswa SMP dalam menyelesaikan soal Uji Kompetensi
Tertulis (UKT) tahap II berdasarkan ranah kognitif dari kategori soal C1 sampai
C4 pada Olimpiade Sains Biologi SMP- SMA Se-Riau tahun 2010 maka dapat
diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :
Tabel 4. Profil
Kemampuan Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal UKT Tahap II berdasarkan Ranah
Kognitif pada Olimpiade Sains Biologi SMP- SMA se- Riau Tahun 2010.
Ranah Kognitif
|
UKT Tahap II
|
||
Jumlah Soal
|
P (%)
|
Kriteria
|
|
C2
|
10
|
54,59
|
Kurang
|
C3
|
14
|
45,85
|
Kurang
|
C4
|
26
|
41,35
|
Kurang
|
Rata- Rata
|
50
|
47,26
|
Kurang
|
Ket : P = Persentase kemampuan
siswa
Berdasarkan Tabel
4 diketahui bahwa persentase profil kemampuan siswa SMP dalam menyelesaikan
soal pada tahap ini adalah 47,26% (kurang).
Persentase
kemampuan siswa SMP untuk kategori soal pemahaman (C2), adalah 54,59% (kurang)
dari 10 soal. Pada dasarnya soal dengan tingkat pemahaman adalah menuntut siswa
untuk memiliki kemampuan dalam memahami dan mengerti akan sesuatu yang telah
diketahui dan diingatnya.
Kurangnya
kemampuan siswa menyelesaikan soal pemahaman (C2) pada UKT Tahap II dapat
disebabkan materi pelajaran (informasi) yang disampaikan gurunya dan siswa
tidak bisa memaksimalkan kemampuannya untuk mengingat kembali materi yang telah
dipelajarinya sehingga siswa mengalami kendala. Dalam UKT tahap II, tingkat
kesukaran soal semakin tinggi karena merupakan tahap penyaringan siswa ke tahap
selanjutnya.
Namun
pada soal pemahaman yang menuntut siswa mengingat suatu proses yang tidak dapat
dilihat secara langsung, siswa tidak bisa memahami konsep yang ada sehingga
siswa menjawab salah. Penggunaan kalimat yang tidak jelas dan tidak tepat pada
soal juga menjadi penyebab kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
pemahaman (C2). Menurut Arikunto (2009), untuk menjawab pertanyaan pemahaman
siswa dituntut hafal sesuatu pengertian kemudian menjelaskan dengan kalimat
sendiri atau siswa memahami dua pengertian atau lebih kemudian memahami dan
menyebutkan hubungannya. Dalam menjawab pertanyaan pemahaman, siswa selain
harus mengingat juga berpikir. Oleh karena itu, pertanyaan pemahaman lebih
tinggi daripada pengetahuan/ ingatan.
Persentase
kemampuan siswa SMP untuk kategori soal aplikasi (C3) adalah 45,85% (kurang)
dari 14 soal. Soal dengan tingkat aplikasi (C3) merupakan jenjang berfikir yang
setingkat lebih tinggi dari tingkat pemahaman (C2). Dari hasil analisis yang
telah dilakukan, menunjukkan bahwa kemampuan siswa SMP dalam menyelesaikan soal
tingkat aplikasi adalah kurang. Menurut purwanto (2009) bahwa untuk menyelesaikan
soal tingkat aplikasi (C3), siswa harus menguasai soal dengan tingkat
pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2), karena untuk dapat menerapkan cara
berfikir abstrak siswa harus mampu mengingat kembali pengetahuan dan memahami
apa yang telah diingatnya, sehingga siswa tersebut dapat menerapkannya dalam
situasi yang nyata.
Menurut
Arikunto (2009), soal aplikasi adalah soal yang mengukur kemampuan siswa dalam
mengaplikasikan (menerapkan) pengetahuannya untuk memecahkan masalah sehari-
hari atau persoalan yang dikemukakan oleh pembuat soal. Soal aplikasi selalu
dimulai dengan kasus atau persoalan yang dikarang oleh penyusun soal,bukan
keterangan dalam buku atau pelajaran yang dicatat. Jadi, soal aplikasi
menginginkan siswa mengingat konsep, memahami, kemudian menemukan jawaban dari
konsep itu.
Soal
aplikasi berupa gambar lebih cepat dimengerti siswa dalam menyelesaikan soal,
ditambah dengan bantuan jawaban yang tidak terlalu sulit. Namun, kesulitan
siswa menjawab soal aplikasi adalah pada soal yang meminta siswa menjelaskan
suatu proses dari suatu kasus dan menuntut siswa mengingat dan memahami kembali
konsep dasar dari kasus yang ada. Oleh karena itu, apabila antara ingatan,
pemahaman dan aplikasi tidak saling berkaitan dalam suatu konsep maka sulit
bagi siswa untuk dapat menyelesaikan soal yang ada dihadapannya.
Persentase
kemampuan siswa SMP untuk kategori soal analisis (C4) adalah 41,35% (kurang) dari 26 soal. Menurut sudijono
(2003), analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan
dari tiga jenjang berfikir sebelumnya yaitu pengetahuan, pemahaman dan
aplikasi. Soal untuk tingkat analisis seharusnya mencakup tiga aspek tersebut
namun pada kenyataannya kemampuan siswa pada soal tingkat pemahaman dan
aplikasi termasuk dalam kriteria kurang, artinya kemampuan kognitif siswa pada
tahap II tergolong sangat rendah.
Hal
ini berarti siswa belum bisa menggunakan kemampuannya untuk menganalisis soal-
soal yang tingkat berpikirnya semakin tinggi. Soal analisis menginginkan siswa
untuk menalar suatu kasus dan memecahkan masalah yang ada. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa siswa kurang mampu menjawab soal analisis (C4) karena
perintah soal yang kurang jelas atau bahasa soal yang kurang dimengerti siswa
serta banyak penggunaan bahasa latin yang mungkin belum pernah dipelajari siswa
di sekolahnya.
Berdasarkan
hasil analisis yang ada, dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa SMP dalam menyelesaikan
soal UKT tahap II pada Olimpiade Sains Biologi SMP-SMA Se- Riau tahun 2010 yang
terdiri dari kategori soal tingkat pemahaman (C2), tingkat aplikasi (C3) dan
tingkat analisis (C4) adalah kurang. Tujuan kegiatan Olimpiade Sains Biologi
FKIP UR adalah sebagai ajang uji kemampuan siswa- siswi SMP- SMA Se- Riau
tentang biologi. Dalam pelaksanaannya, peserta yang mengikuti UKT ini tidak
diseleksi terlebih dahulu sehingga peserta yang mengikuti UKT bervariasi
tingkat kemampuannya dan kebanyakan peserta hanya sekedar mencari pengalaman
tanpa melakukan banyak persiapan untuk mengikuti ajang olimpiade ini. Hal ini
tentu menjadi tanggung jawab guru dan pihak sekolah dalam membina siswa- siswi
mereka sehingga mereka bisa menjadi perwakilan terbaik dari masing- masing
sekolah.
Soal
UKT tahap I dan II berbentuk soal pilihan ganda, terdapat kemungkinan bahwa siswa
sekedar menebak jawaban apabila sudah mengalami kesulitan. Sebagaimana
dikatakan Ngalim (2009) bahwa tes tulisan memiliki keburukan antara lain tidak
dapat benar- benar menilai individu dan kepribadian seseorang, mudah
menimbulkan kecurangan dan kepalsuan jawaban serta mudah menimbulkan spekulasi
bagi siswa yang di tes. Untuk menghindari kemungkinan ini, pembuat soal harus
dapat menyusun tesnya dengan teliti dan baik sehingga tes atau pertanyaan-
pertanyaan itu benar- benar dapat merangsang berfikir siswa.
4.4 Profil Kemampuan Siswa SMP dalam Menyelesaikan
Soal Uji Kompetensi Tertulis (UKT) berdasarkan Ranah Kognitif Tahap III pada
Olimpiade Sains Biologi SMP- SMA Se- Riau tahun 2010.
Dari
hasil analisis kemampuan siswa SMP dalam menyelesaikan soal Uji Kompetensi
Tertulis (UKT) tahap III (Lampiran 12) berdasarkan ranah kognitif pada
Olimpiade Sains Biologi SMP- SMA Se- Riau tahun 2010, dapat dilihat pada tabel
5:
Tabel 5. Profil
Kemampuan Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal UKT Tahap III berdasarkan Ranah
Kognitif pada Olimpiade Sains Biologi SMP- SMA se- Riau Tahun 2010.
Ranah Kognitif
|
UKT Tahap III
|
||
Jumlah Soal
|
P (%)
|
Kriteria
|
|
C3
|
3
|
37,00
|
Kurang
|
C4
|
7
|
67,76
|
Baik
|
Rata- Rata
|
10
|
52,38
|
Kurang
|
Ket : P = Persentase kemampuan
siswa
Berdasarkan
Tabel 5 diketahui bahwa persentase profil kemampuan siswa pada UKT tahap III
dalam menyelesaikan soal pada tahap ini adalah 52,38% (kurang)
Persentase
kemampuan siswa SMP untuk kategori soal aplikasi (C3) adalah 37,00% (kurang) dari
3 soal. Dalam soal aplikasi, siswa diharapkan untuk menggunakan pengetahuan dan
pemahamannya untuk mengaplikasikan apa yang pernah dipelajari. Soal aplikasi
pada soal uraian cenderung meminta siswa menggambar skema atau menemukan
jawaban dari sebuah gambar. Hal ini berarti siswa belum bisa untuk
mengaplikasikan pengetahuan dan pemahamannya dalam menjawab soal aplikasi. Soal
aplikasi dalam soal uraian juga menuntut siswa untuk menerapkan informasi yang
telah dipelajari ke dalam situasi atau konteks yang lain atau baru (Martinis,
2007). Soal uraian yang baik menuntut agar siswa menganalisis soal dengan
teliti, menentukan apa yang dituntut dalam jawaban, memikirkan tentang cara
mengorganisasikan jawaban yang paling cocok, kemudian menuliskan jawaban
tersebut (Ngalim, 2009).
Persentase
kemampuan siswa untuk kategori soal analisis (C4) adalah 67,76% (baik) dari 7
soal. Analisis diartikan sebagai kemampuan seseorang merinci dan membandingkan
pengetahuan atau data yang begitu rumit serta mengklasifikasikannya menjadi
beberapa kategori dengan tujuan agar dapat mengenal hubungan dan kedudukan
masing- masing data terhadap data lain (Mukhtar, 2010). Setelah diteliti,
beberapa soal analisis (C4) masih dikatakan soal mudah karena hanya menuntut
siswa memahami konsep. Seharusnya soal analisis lebih menuntut siswa
menganalisis suatu fakta dengan kata perintah seperti hitunglah, jelaskanlah,
buktikanlah, uraikanlah, berikanlah dan sebagainya (Kunandar 2010).
Soal
pada UKT tahap III adalah soal uraian. Soal uraian dipandang paling bermanfaat
untuk menguji jenjang berfikir kognitif yang tinggi. Khususnya sasaran
pengajaran pada jenjang analisis, sintesis dan evaluasi, dapat diukur apabila
siswa diminta untuk menyusun dan mengungkapkan fikiran mereka dalam sebuah
kerangka terstruktur, menguraikan hubungan, dan mempertahankan pendapat secara
tertulis (Mukhtar, 2010). Namun untuk menyusun soal uraian sebagai penilaian,
hendaknya memperhatikan beberapa hal diantaranya menggunakan kata- kata
perintah yang tepat dan menyesuaikan panjang pendeknya jawaban dengan tingkat
kematangan siswa.
Dari hasil
analisis profil kemampuan siswa SMP untuk tahap I, II dan III maka diperoleh rekapitulasi
profil kemampuan siswa seperti pada tabel 6:
Tabel 6.
Rekapitulasi Profil Kemampuan Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Uji Kompetensi
Tertulis (UKT) berdasarkan Ranah Kognitif pada Olimpiade Sains Biologi SMP- SMA
Se- Riau tahun 2010
Tahap
|
Rata- Rata per Tahap (%)
|
Kriteria per Tahap
|
I
|
41,89
|
Kurang
|
II
|
47,26
|
Kurang
|
III
|
52,38
|
Kurang
|
Rata- rata keseluruhan
|
47,17
|
Kurang
|
Dari
Tabel 6 dapat dilihat bahwa persentase kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
Uji Kompetensi Tertulis (UKT) berdasarkan ranah kognitif pada Olimpiade Sains
Biologi SMP- SMA Se- Riau tahun 2010 untuk tahap I adalah 41,89% (kurang),
tahap II sebesar 47,26% (kurang) dan pada tahap III sebesar 52,38% (kurang).
Dari rata- rata keseluruhan, persentase
kemampuan siswa adalah sebesar 47,17% (kurang).
Kurangnya
kemampuan siswa SMP dalam menyelesaikan soal UKT tersebut dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, diantaranya belum terjadinya keefektifan dalam belajar. Banyak
siswa kurang mampu mendapatkan hasil yang baik dalam pelajarannya karena mereka
kebanyakan mencoba menghafal pelajaran. Dalam belajar, bukan hanya menghafal
namun harus ada pemahaman terhadap apa yang telah dipelajari. Menerima dan
menemukan adalah langkah pertama dalam belajar. Langkah kedua adalah usaha
mengingat atau menguasai apa yang dipelajari itu agar kemudian dapat
dipergunakan. Jika seseorang berusaha menguasai informasi baru itu dengan jalan
menghubungkannya dengan apa yang telah diketahuinya, terjadilah belajar yang
bermakna. Jika seseorang hanya berusaha mengingat infomasi baru itu, terjadilah
menghafal (Slameto, 2003).
Apabila
dalam belajar siswa hanya menghafal tanpa memahami maka siswa akan mudah lupa
tentang apa yang telah dipelajarinya. Hal ini bisa mempengaruhi kemampuan siswa
dalam menjawab soal sehingga diperoleh hasil yang kurang memuaskan. Hendaknya
dalam belajar siswa diberi banyak kesempatan untuk mengulang atau berlatih.
Mengulang pelajaran efektif untuk menghafal sesuatu yang tidak tampak ada
hubungan arti dan cocok untuk belajar keterampilan psikomotor siswa (Slameto,
2003). Selain itu, mengulang pelajaran besar pengaruhnya dalam belajar karena
dengan adanya pengulangan bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah
terlupakan dapat tertanam dalam otak seseorang sehingga apabila siswa
menghadapi tes yang berhubungan dengan apa yang ia pelajari maka mudah bagi
siswa tersebut untuk memanggil informasi itu kembali.
Berhasil
tidaknya siswa dalam mengikuti kompetensi juga dipengaruhi oleh karakteristik
kognitif siswa yaitu intelegensi. Inteligensi adalah suatu kemampuan mental
yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi
tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai
tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Dalam
menghadapi ajang kompetensi hendaknya siswa lebih mempersiapkan dirinya dengan
membaca dan memahami pelajaran yang pernah dipelajarinya. Kesalahan yang banyak
dibuat pelajar adalah belajar kebutan sebelum dilaksanakannya tes tersebut
sehingga siswa tersebut menggunakan ingatan semaksimal mungkin hanya untuk
menghafal bukan memahami. Kesiapan dan konsentrasi saat mengikuti tes dalam mengikuti
UKT juga berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh siswa nantinya. Menurut
Slameto (2003) kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya
siap untuk memberi respon/ jawaban dengan cara tertentu terhadap suatu situasi.
Siswa yang kurang siap dalam menghadapi tes maka dia akan gagal.
Konsentrasi
siswa dalam melaksanakan tes juga dapat dipengaruhi oleh keadaan siswa
tersebut, lingkungan, latihan/ pengalaman. Oleh karena itu, bagi pelajar yang
sudah biasa berkonsentrasi akan dapat menyelesaikan tes dengan baik karena
kekonsentrasian siswa akan menentukan hasil belajarnya.
Hasil
yang kurang memuaskan pada UKT tahun ini tidak jauh dari pengaruh soal yang
diujikan. Soal berupa pilihan ganda pada tahap I dan II menyebabkan siswa
kurang berhati- hati dalam memilih jawaban yang benar karena adanya pilihan
jawaban alternatif. Selain itu, siswa memiliki kesempatan untuk menebak- nebak
jawaban apabila siswa tersebut mengalami kesulitan. Menurut Kunandar (2010) tes
pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami,
serta mengenal kembali fakta- fakta, memahami hubungan antara dua hal atau
lebih dan mengaplikasikan prinsip- prinsip. Namun, pilihan ganda mempunyai
kelemahan yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya,
kemungkinan untuk menebak jawaban besar sekali dan sulit dilacak serta tidak
dapat melihat proses berfikir siswa pada saat mengerjakan soal.
Kurangnya
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal UKT ini juga dikarenakan soal- soal
yang diujikan belum pernah dianalisis butir soalnya karena menurut Kunandar
(2010) tes objektif (pilihan ganda) harus memenuhi syarat diantaranya memiliki
validitas tinggi, realibilitas yang tinggi, tiap butir soal memiki daya pembeda
yang memadai, tingkat kesukaran tes disesuaikan dengan tingkat kelompok yang
dites, mudah diadministrasikan, hindari pernyataan yang bersifat negatif dan
usahakan tidak ada petunjuk untuk jawaban yang benar.
Sedangkan
pada UKT tahap III berupa tes uraian, siswa dituntut untuk mengingat, memahami,
dan mengorganisasikan gagasannya atau hal- hal yang sudah dipelajari, dengan
cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian dengan
kata- katanya sendiri. Kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal uraian
bisa terjadi karena siswa tidak memahami perintah soal dengan bahasa yang tidak
jelas dan panjangnya kalimat soal yang sebenarnya hanya meminta siswa
menjelaskan suatu skema atau proses. Menurut Kunandar (2010) dalam menyusun soal
bentuk tes uraian hendaknya menggunakan bahasa yang baik dan benar sehingga
mudah dimengerti siswa, jangan mengulang pertanyaan terhadap materi yang sama,
harus adanya kesesuaikan materi dengan indikator pada kurikulum dan rumusan
soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
Oleh
karena itu, peran guru sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam belajar. Guru harus mampu memilih serta menggunakan strategi dan metode
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mempraktekkan apa yang telah
dipelajarinya sehingga siswa tersebut siap untuk berkompetensi.
4.5 Perbandingan Rata – rata Profil Kemampuan Siswa SMP
dalam Menyelesaikan Soal Uji Kompetensi Tertulis (UKT) berdasarkan Ranah
Kognitif pada Tahun 2006 dan Tahun 2010.
Setelah
didapatkan hasil analisis profil kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal UKT
pada tahun 2010, maka dilakukan perbandingan profil kemampuan siswa dengan
hasil penelitian Linda Irayani dan Deni Windari (2007) pada Olimpiade Sains
Biologi FKIP UR tahun 2006. Perbandingan profil kemampuan siswa SMP dalam menyelesaikan
Soal Uji Kompetensi Tertulis (UKT) berdasarkan ranah Kognitif tahap I pada tahun 2006 dan 2010 dapat dilihat
pada tabel 7:
Tabel 7.Perbandingan
Rata – rata Profil Kemampuan Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Uji Kompetensi
Tertulis (UKT) berdasarkan Ranah Kognitif Tahap I Pada Tahun 2006 dan Tahun 2010.
UKT TAHAP I
|
|||||||
TAHUN 2006
|
TAHUN 2010
|
||||||
Ranah Kognitif
|
Jumlah soal
|
P (%)
|
Kriteria
|
Ranah Kognitif
|
Jumlah soal
|
P (%)
|
Kriteria
|
C1
|
13
|
75,30
|
Baik
Sekali
|
C1
|
10
|
31,45
|
Kurang
|
C2
|
15
|
58,98
|
Cukup
|
C2
|
12
|
47,56
|
Kurang
|
C3
|
10
|
50,20
|
Kurang
|
C3
|
13
|
40,81
|
Kurang
|
C4
|
12
|
44,74
|
Kurang
|
C4
|
15
|
47,75
|
Kurang
|
Rata- Rata
|
50
|
57,30
|
Cukup
|
Rata- Rata
|
50
|
41,89
|
Kurang
|
Ket : P = Persentase kemampuan
siswa
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa persentase
rata – rata kemampuan siswa menjawab soal UKT tahap I tahun 2006 lebih baik
dari tahun 2010 dimana pada UKT 2006 kemampuan siswa menjawab soal yaitu 57,30%
(cukup) sedangkan pada UKT 2010 kemampuan siswa menjawab soal adalah 41,89% (kurang).
Untuk
soal pengetahuan (C1), menurut hasil
penelitian Windari (2007), pada tahun 2006, siswa yang menjawab dengan benar
adalah sebanyak 75,30% (baik sekali) dari 13 soal sedangkan pada tahun 2010,
siswa yang menjawab dengan benar hanya 31,45% (kurang) dari 10 soal. Hal ini
bisa disebabkan oleh perbedaan range penilaian, perbedaan jumlah soal,
perbedaan kemampuan siswa, dan perbedaan tingkat kesulitan soal.
Kurangnya
kemampuan siswa juga bias disebabkan faktor perbedaan kemampuan individual
siswa dimana siswa yang mengikuti UKT 2006 berbeda dengan yang mengikuti UKT
2010. Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa siswa yang mengikuti UKT 2006
mencapai kriteria baik sekali dalam menyelesaikan soal tingkat pengetahuan (C1)
dibandingkan dengan peserta yang mengikuti UKT 2010 dengan kriteria kurang. Hal
ini juga bisa disebabkan karena kecenderungan siswa mengabaikan soal- soal
mudah. Siswa lebih terfokus pada soal sulit sehingga siswa kehabisan waktu
untuk menjawab sehingga soal mudah tidak dijawab sama sekali.
Untuk
soal pemahaman (C2), pada UKT 2006, persentase siswa yang menjawab benar adalah sebanyak 58,98% (cukup) dari 15 soal sedangkan
pada UKT 2010, siswa yang menjawab benar adalah sebanyak 47,56% (kurang) dari
12 soal. Begitu juga dengan tingkat pemahaman, perbandingan kemampuan siswa
dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Dalam soal pemahaman, siswa diminta
untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-
fakta atau konsep (Arikunto, 2009).
Dari
Tabel 7 dapat dilihat bahwa kemampuan siswa pada UKT 2010 termasuk rendah
dibandingkan siswa yang mengikuti UKT 2006. Hal ini juga bisa dipengaruhi
peranan guru itu sendiri dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut Slameto
(2003), dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing dan memberikan fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan.
Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi pada
diri siswa untuk membantu proses perkembangan siswa.
Dalam
proses belajar yang bermakna, untuk mencapai pengertian- pengertian baru dan
rentensi yang baik, materi- materi belajar selalu dan hanya dapat dipelajari
bila dihubungkan dengan konsep- konsep, prinsip- prinsip serta informasi yang
relevan yang telah dipelajari sebelumnya. Substansi serta latar belakang
pengetahuan ini mempengaruhi ketepatan serta kejelasan pengertian- pengertian
baru yang ditimbulkan serta kemampuan memperoleh kembali pengertian baru
tersebut. Apabila struktur kognitif siswa terorganisasikan, maka proses belajar
yang bermakna makin mudah terjadi sedangkan apabila struktur kognitif tidak
stabil, kabur dan tidak terorganisasikan dengan tepat, cenderung merintangi
proses belajar yang bermakna. Oleh karena itu, seorang guru harus bisa
mempersiapkan siswanya sebaik mungkin untuk bisa berkompetensi dengan meningkatkan
struktur kognitif pada diri siswa.
Untuk
soal aplikasi (C3), pada UKT 2006, persentase siswa yang menjawab benar adalah 50,20% (kurang) dari 10 soal dan pada UKT
2010 siswa yang menjawab benar sebanyak 40,81% (kurang) dari 13 soal. Dari
persamaan kriteria tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal berupa aplikasi masih sangat kurang. Hal ini diduga, selama mengikuti
proses pembelajaran, siswa jarang dihadapkan dengan soal atau materi yang
menuntut siswa untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya seperti media
gambar, charta atau peta konsep sehingga saat mengikuti tes siswa kesusahan
untuk menjawab soal.
Dengan
kata lain, guru harus bisa mengajarkan siswa untuk menggunakan ingatan dan
pemahamannya sehingga siswa tersebut mampu mengaplikasikan atau menerapkan apa
yang telah dipelajarinya. Dalam metode belajar untuk penemuan, guru tidak
secara langsung memberikan informasi atau konsep yang harus dipelajari siswa,
tetapi guru harus melibatkan siswa dalam suatu proses induktif untuk
mendapatkannya. Guru menyusun situasi belajar sedemikian rupa sehingga siswa
belajar bagaimana bekerja dengan data untuk membuat kesimpulan (Slameto, 2003).
Untuk
soal analisis (C4), pada UKT 2006, persentase siswa yang menjawab benar adalah
44,74% (kurang) dari 12 soal dan pada UKT 2010 sebanyak 47,75% (kurang) dari 15
soal. Dari kriteria yang ada, tingkat kemampuan dari masing- masing tahun
berbeda sangat tipis. Hal ini berarti siswa mengalami kesusahan dalam hal
penyelesaian kasus yang ada pada soal. Hal ini terjadi bisa disebabkan oleh
penggunaan kalimat dalam soal atau tingginya tingkat kesukaran soal tersebut
sehingga sulit bagi siswa SMP menyelesaikan soal.
Dari
hasil yang diperoleh juga dapat dilihat bahwa setiap tahunnya tingkat kesukaran
soal semakin tinggi mengikuti perkembangan kurikulum yang ditetapkan. Perubahan
kurikulum dari KBK ke KTSP juga berdampak pada apa yang dipelajari siswa.
Banyak kasus di beberapa sekolah, diantaranya perangkat untuk menyusun KTSP
belum semuanya tersedia dan belum didistribusikan ke sekolah- sekolah
mengakibatkan sekolah dan guru bingung apa saja yang harus dipelajari siswa
dalam KTSP dan ada beberapa mata pelajaran yang diajarkan tetapi ketika
menghadapi tes seperti Olimpiade ini dan mengikuti UAS tidak diujikan, begitu
juga sebaliknya (Nurulazhar, 2008). Contohnya saja, di beberapa sekolah,
pelajaran biologi disejalankan dengan materi IPA yang lain (IPA Terpadu)
sehingga tidak semua materi mata pelajaran biologi diajarkan kepada siswa sedangkan
pada pelaksanaan Olimpiade ini soal- soal yang diujikan merupakan soal Biologi
murni yang juga dikaitkan materi Biologi SMA dan Perguruan Tinggi sehingga
tingkat kesulitan soal semakin tinggi.
Perbandingan
profil kemampuan siswa SMP dalam menyelesaikan UKT tahap II yang dapat dilihat
pada tabel 8:
Tabel 8. Perbandingan
Rata – rata Profil Kemampuan Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Uji Kompetensi
Tertulis (UKT) berdasarkan Ranah Kognitif Tahap II pada Tahun 2006 dan Tahun 2010.
UKT TAHAP II
|
|||||||
TAHUN 2006
|
TAHUN 2010
|
||||||
Ranah Kognitif
|
Jumlah soal
|
P (%)
|
Kriteria
|
Ranah Kognitif
|
Jumlah soal
|
P (%)
|
Kriteria
|
C2
|
16
|
59,78
|
Cukup
|
C2
|
10
|
54,59
|
Kurang
|
C3
|
9
|
48,45
|
Kurang
|
C3
|
14
|
45,85
|
Kurang
|
C4
|
25
|
55,04
|
Cukup
|
C4
|
26
|
41,35
|
Kurang
|
Rata- Rata
|
50
|
54,42
|
Kurang
|
Rata- Rata
|
50
|
47,26
|
Kurang
|
Ket : P = Persentase kemampuan
siswa
Dari
Tabel 8 dapat dilihat bahwa persentase rata – rata kemampuan siswa menjawab
soal UKT tahap II pada UKT 2006 yaitu 54,42% (kurang) sedangkan pada UKT 2010
kemampuan siswa menjawab soal adalah 47,26% (kurang).
Untuk
soal pemahaman (C2), pada UKT 2006, persentase siswa yang menjawab benar adalah
59,78% (cukup) sedangkan pada UKT 2010, siswa yang menjawab benar hanya 54,59% (kurang).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tiap tahunnya, soal- soal yang
diujikan dalam Olimpiade Sains Biologi merujuk pada perubahan kurikulum yang
berlaku saat ini. Pada KBK, komponen pengajaran yang dilakukan guru hanya
mengikuti ketetapan pada kurikulum 2004. Namun, pada KTSP, guru membuat
perangkat pembelajarannya sendiri. Oleh karena itu, perbedaan komponen
pembelajaran itu dapat menyebabkan perbedaan materi pelajaran yang diajarkan
kepada siswa.
Untuk
soal aplikasi (C3), pada UKT 2006,persentase siswa yang menjawab benar adalah 48,45%
(kurang) dan pada UKT 2010 siswa yang menjawab benar sebanyak 45,85% (kurang). Kurangnya
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal aplikasi dapat disebabkan faktor
kesulitan soal tiap tahunnya semakin sulit dan cara belajar yang diterapkan
pada siswa itu sendiri. Faktor intern(dalam diri siswa) juga bisa menjadi
penyebabnya gagalnya siswa dalam menyelesaikan soal pada tingkat aplikasi (C3).
Soal
analisis (C4), pada UKT 2006, persentase siswa yang menjawab benar adalah 55,04% (kurang)
dan pada UKT 2010 sebanyak 41,35% (kurang). Soal analisis menuntut siswa untuk
dapat memecahkan suatu kasus atau masalah. Menurut Ngalim (2009), soal analisis
kasus merupakan simulasi keadaan nyata jadi seolah- olah siswa dihadapkan
kepada keadaan sebenarnya. Dari hasil perbandingan yang diperoleh, dilihat
bahwa siswa belum bisa untuk menggunakan ingatan, pemahaman, penerapan dan
analisisnya dalam menyelesaikan soal UKT tersebut.
Pada
UKT Tahap III pun perbandingan profil kemampuan siswa SMP pada tahun 2006 dan
tahun 2010 tidak mengalami peningkatan yang berarti seperti pada tabel 9:
Tabel 9. Perbandingan
Rata – rata Profil Kemampuan Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Uji Kompetensi
Tertulis (UKT) berdasarkan Ranah Kognitif tahap III pada Tahun 2006 dan Tahun 2010.
UKT TAHAP III
|
|||||||
TAHUN 2006
|
TAHUN 2010
|
||||||
Ranah Kognitif
|
Jumlah soal
|
P (%)
|
Kriteria
|
Ranah Kognitif
|
Jumlah soal
|
P (%)
|
Kriteria
|
C2
|
1
|
50
|
Kurang
|
-
|
-
|
-
|
-
|
C3
|
2
|
52.50
|
Kurang
|
C3
|
3
|
37,00
|
Kurang
|
C4
|
7
|
46
|
Kurang
|
C4
|
7
|
67,76
|
Baik
|
Rata- Rata
|
10
|
49,50
|
Kurang
|
Rata- Rata
|
10
|
52,38
|
Kurang
|
Dari
Tabel 9 dapat dilihat bahwa persentase rata – rata kemampuan siswa menjawab
soal UKT tahap I pada tahun 2006 kemampuan siswa menjawab dengan benar yaitu 49,50% (kurang) sedangkan pada tahun
2010 persentase kemampuan siswa menjawab soal dengan benar adalah 52,38%
(kurang).
Pada
UKT tahap III ini, pada UKT 2006, penilaian kemampuan kognitif siswa dinilai
dari tingkat pemahaman(C2) namun pada UKT 2010 penilaian dilakukan dari tingkat
aplikasi(C3). Menurut Ngalim (2009), pengetahuan aplikasi lebih tepat dan lebih
mudah diukur dengan tes yang berbentuk esai karena dalam pelaksanaannya, pada
tingkat aplikasi, siswa dapat menyusun kembali masalah yang ada sehingga dapat
menetapkan prinsip atau konsep mana yang sesuai untuk diterapkan.
Untuk
tingkat aplikasi (C3), pada tahun 2006, persentase siswa yang menjawab dengan
benar ada 52,50% (kurang), sedangkan pada tahun 2010, siswa yang mampu menjawab
soal dengan benar ada 37,00% (kurang). Pada tingkat aplikasi, siswa diminta
untuk mengingat kembali yang telah dipelajari, kemudian siswa harus memahami
konsep yang diingatnya tersebut sehingga siswa tersebut nantinya dapat
menghubungkan semua konsep yang ada dalam ingatannya. Namun ternyata, siswa
mengalami kesulitan untuk menghubungkan antara ingatan dan pemahamannya.
Begitu juga untuk tingkat analisis (C4), pada UKT
2006, persentase siswa yang menjawab dengan benar adalah 46% (kurang),
sedangkan pada UKT 2010 persentase siswa yang mampu menjawab dengan benar ada
67,76% (baik). Dilihat dari hasil tersebut, siswa pada UKT 2010 lebih baik
dalam menyelesaikan soal analisis daripada UKT 2006. Hal ini bisa disebabkan tingkat kemampuan siswa itu
sendiri dalam menganalisis suatu masalah. Dari hasil perbandingan di atas dapat
dikatakan bahwa siswa yang mengikuti UKT 2010 lebih mampu menganalisis kasus
dibandingkan siswa yang mengikuti UKT 2006.
Dari
ketiga perbandingan Profil Kemampuan siswa SMP dalam menyelesaikan soal
UKT tahap I, II, dan III maka data
tersebut direkapitulasi seperti tabel 10:
Tabel 10.
Rekapitulasi Perbandingan Rata – rata Profil Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Uji Kompetensi Tertulis (UKT) berdasarkan Ranah Kognitif pada Olimpiade
Sains Biologi SMP- SMA Se- Riau pada Tahun 2006 dan Tahun 2010
Tahap
|
Tahun 2006
|
Tahun 2010
|
||
Rata- rata
|
Kriteria
|
Rata- rata
|
Kriteria
|
|
I
|
57,30
|
Cukup
|
41,89
|
Kurang
|
II
|
54,42
|
Kurang
|
47,26
|
Kurang
|
III
|
49,50
|
Kurang
|
52,38
|
Kurang
|
Rata- rata
keseluruhan
|
53,74
|
Kurang
|
47,17
|
Kurang
|
Dari
Tabel rekapitulasi perbandingan Rata – rata profil kemampuan di atas, maka
dapat dilihat bahwa Profil Kemampuan siswa SMP dalam menyelesaikan soal Uji
Kompetensi Tertulis (UKT) berdasarkan ranah kognitif pada Olimpiade Sains
Biologi SMP- SMA Se- Riau tahun 2006 pada tahap I adalah 57,30% (cukup), tahap
II sebesar 54,42% (kurang) dan tahap III sebesar 49,50% (kurang). Sedangkan pada
UKT 2010 pada tahap I sebesar 41,89% (kurang), pada tahap II sebesar 47,26% (kurang)
dan pada tahap III sebesar 52,38% (kurang).
Dari
keseluruhan hasil analisis peneliti, rata- rata kemampuan siswa yang mengikuti
UKT 2006 adalah 53,74% (kurang) sedangkan rata- rata kemampuan siswa yang
mengikuti UKT 2010 lebih rendah yaitu sebesar 47,17% (kurang). Dari angka
persentase yang diperoleh, secara kuantitatif, profil kemampuan siswa SMP yang
mengikuti UKT 2010 lebih rendah dibandingkan profil kemampuan siswa yang
mengikuti UKT 2006.
Perbandingan
kemampuan siswa yang mengikuti UKT masing- masing tahunnya tidak lepas dari
cara belajar yang diterapkan pada siswa dan juga kecakapan dan kecerdasan dari
masing- masing siswa tersebut. Proses belajar merupakan proses yang unik dan
kompleks. Keunikan itu disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada
individu yang belajar, tidak pada orang lain, dan setiap individu menampilkan
perilaku belajar yang berbeda. Perbedaan penampilan itu disebabkan karena
setiap individu mempunyai karakteristik individual yang khas yaitu minat,
intelegensi, perhatian, bakat, kreativitas dan sebagainya. Setiap manusia
mempunyai cara yang khas untuk mengusahakan proses belajar yang terjadi di
dalam dirinya. Individu yang berbeda dapat melakukan proses belajar dengan
kemampuan yang berbeda dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Adanya
perbandingan antara kemampuan siswa yang mengikuti UKT 2006 dan UKT 2010 juga
dipengaruhi oleh perkembangan kurikulum dimana pada tahun 2006, sekolah- sekolah
menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam pelaksanaannya,
kurikulum ini masih diragukan dalam memperbaiki mutu pendidikan karena beberapa
ahli berpendapat bahwa kurikulum ini masih sarat dengan materi sehingga guru
ketakutan dikejar- kejar materi seperti kurikulum sebelumnya, pemerintah pusat
dalam hal ini Depdiknas masih intervensi terhadap kewenangan sekolah dan guru
untuk mengembangkan kurikulum tersebut, dan masih belum jelasnya pengertian
kompetensi serta adanya sistem penilaian yang belum begitu jelas dan terukur. Namun
ternyata, dilihat dari hasil perbandingan di atas, dapat dikatakan bahwa siswa
masih terbiasa dengan cara belajar menerima, artinya hanya guru yang
menjelaskan, siswa yang mendengarkan. Dengan begitu siswa tidak dibiasakan
untuk berpikir lebih kritis. Selama ini hasil pendidikan hanya tampak dari
kemampuan peserta didik menghafal sejumlah fakta- fakta tanpa mengerti
bagaimana hubungan antara fakta yang ada dengan kehidupan sehari- hari.
Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka
pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau
dimanfaatkan.
Siswa
memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa
diajarkan yaitu menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah (Kunandar
2010). Oleh karena itu, dilakukan revisi dan pengembangan dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) karena KBK di anggap masih sarat dengan beban belajar
dan pemerintah pusat dalam hal ini Depdiknas masih dipandang terlalu intervensi
dalam pengembangan kurikulum. Dalam KTSP, beban belajar siswa sedikit berkurang
dan tingkat satuan pendidikan (sekolah, guru dan komite sekolah) diberikan
kewenangan untuk pengembangan kurikulum.
Namun
ternyata, pengembangan kurikulum dari KBK ke KTSP bukannya meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkompetensi melainkan terjadinya penurunan. Hal ini
bisa terjadi karena materi biologi yang pada saat pelaksanaan kurikulum KBK
bersifat khusus dalam pengajarannya berubah menjadi IPA terpadu pada KTSP dimana
biologi disejalankan dengan mata pelajaran fisika dan kimia. Hal ini
menyebabkan pada saat belajar, siswa tidak hanya harus memfokuskan pemahamannya
pada satu mata pelajaran saja. Siswa mengalami kendala dalam menyelesaikan soal
UKT yang khusus mengujikan soal- soal biologi murni sedangkan yang
dipelajarinya adalah pelajaran biologi secara umum.
Oleh
karena itu, hendaknya dalam mengadakan suatu kompetensi, tim pelaksana harus
mengetahui perkembangan kurikulum yang berlaku pada sekolah- sekolah yang mengikuti
ajang tersebut dan lebih memperhatikan ketentuan- ketentuan dalam pembuatan
soal seperti kesesuaian Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan
indikator. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada lagi keluhan dari siswa bahwa
mereka belum mempelajari atau tidak pernah mempelajari soal yang diujikan.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari
hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang profil kemampuan siswa SMP
dalam menyelesaikan soal Uji Kompetensi Tertulis (UKT) berdasarkan ranah
kognitif pada Olimpiade Sains Biologi SMP- SMA Se- Riau tahun 2010 dapat disimpulkan bahwa :
1.
Profil
Kemampuan peserta yang mengikuti UKT bahwa dari rata- rata
keseluruhan dapat diketahui kemampuan siswa Pekanbaru masih dikatakan rendah
(38,50) daripada kemampuan siswa dari kabupaten Bengkalis (44,70) namun
peringkat juara I, II dan III dipegang oleh siswa dari Pekanbaru.
2.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa persentase kemampuan siswa SMP dalam menyelesaikan
soal UKT dengan kategori soal C1, C2, C3 dan C4, pada tahap I adalah 41,89%
(kurang), tahap II sebanyak 47,26% (kurang) dan tahap III sebanyak 52,38% (kurang).
3.
Dari
hasil penelitian dapat dilihat bahwa rata- rata profil kemampuan siswa SMP
dalam menyelesaikan soal Uji Kompetensi Tertulis (UKT) berdasarkan ranah
kognitif pada Olimpiade Sains Biologi SMP- SMA se - Riau tahun 2010 lebih
rendah (47,17%) dibandingkan rata- rata profil kemampuan siswa pada tahun 2006
(53,74%).
4.
Beberapa faktor yang menyebabkan
kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal Uji Kompetensi Tertulis
(UKT) diantaranya faktor faktor sekolah yaitu metode mengajar guru, kurikulum,
metode belajar siswa dan sarana dan prasarana, faktor psikis, faktor
intelegensi dan faktor kesiapan siswa.
5.2 Saran
Setelah
dilakukan penelitian tentang “Profil Kemampuan Siswa SMP dalam Menyelesaikan
Soal Uji Kompetensi Tertulis (UKT) berdasarkan Ranah Kognitif pada Olimpiade
Sains Biologi SMP- SMA Se-Riau tahun 2010 maka peneliti menyarankan agar :
1. Tim
soal olimpiade yang akan datang mengikuti petunjuk dalam membuat soal, yaitu
dengan penggunaan kata operasional yang tepat untuk setiap ranah kognitif yang
diinginkan dan disesuaikan proporsi soal untuk tiap tahapnya.
2.
Panitia olimpiade, sebaiknya menyeleksi peserta
UKT untuk masing- masing sekolah, dan meminta pihak sekolah untuk mengirimkan
siswa yang telah terbimbing agar siswa yang mewakili sekolahnya benar- benar
memiliki kemampuan untuk mengikuti olimpiade.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar