SEMINAR BIOLOGI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Di Indonesia, produksi padi makin hari makin menurun. Go Ban Hong dalam Kasniari (2007) menyatakan bahwa tanah pertanian di Indonesia dewasa ini sebagian besar merupakan tanah pertanian yang tidak subur,  sifat fisik, kimia dan biologi tanah semakin merosot. Bila kondisi seperti ini tidak diatasi maka dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama lahan- lahan tersebut tidak mampu lagi berproduksi secara optimal dan berkelanjutan.
Lahan kering seperti tanah inceptisol  berpotensi untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian produktif mengingat sebarannya yang sangat luas di Indonesia. Lahan tersebut tersebar di Sumatera (33,3 juta ha), Jawa (10,7 juta ha), Kalimantan (42,5 juta ha), Sulawesi (15,8 juta ha), dan Irian Jaya (34,9 juta ha) atau total di Indonesia sekitar 143,9 juta ha. Inceptisol menduduki kedudukan golongan tanah rangking kedua di dunia. Secara umum, tanah Inceptisol merupakan tanah-tanah  mineral yang baru dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah yang matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya (Hardjowigeno, 1993). Pada kondisi lahan tersebut maka para petani dituntut memberikan pupuk dalam jumlah yang relatif banyak (Dedi Nursyamsi, 2004).
Berkaitan dengan hal tersebut, pemupukan merupakan salah satu cara yang terus dilakukan. Pemakaian pupuk anorganik secara intensif serta penggunaan bahan organik yang terabaikan untuk mengejar hasil yang tinggi menyebabkan bahan organik tanah menurun. Keadaan ini akan menurunkan produktivitas lahan. Las et. al (1999) menyatakan bahwa dalam meningkatkan produksi padi perlu dilakukan pelestarian lingkungan produksi, termasuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah dengan memanfaatkan jerami padi.
Penambahan bahan organik merupakan suatu tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman yang antara lain dapat meningkatkan efesiensi pemupukan. Namun, pemberian pupuk organik seperti jerami secara tunggal belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Arafah, 2003).
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya interaksi antara pupuk organik (pupuk kompos) dan pupuk anorganik (pupuk NPK) untuk mengembalikan unsur hara yang hilang dari dalam tanah. Hara nitrogen (N), posfor (P) dan kalium (K) merupakan faktor pembatas utama untuk produktivitas padi. Respon padi terhadap nitrogen, posfor, dan kalium dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah penggunaan bahan organik. Bahan organik merupakan kunci utama dalam meningkatkan produktivitas dan efesiensi pemupukan.
Diketahui bahwa tanah inceptisol merupakan tanah kering yang memiliki kandungan unsur hara yang rendah. Oleh karena itu, pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik sangat membantu dalam penyediaan unsur hara pada tanah ini agar dapat menopang pertumbuhan padi dan memperoleh hasil tanam yang banyak.
Dari latar belakang di atas, maka makalah ini akan membahas peranan pupuk kompos dan pupuk NPK terhadap hasil tanaman padi (Oryza sativa) pada tanah inceptisol.
1.2.Perumusan masalah
Adapun perumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana peranan  pupuk kompos dan pupuk NPK terhadap hasil tanaman  padi (Oryza sativa) pada tanah Inceptisol ?
1.3.Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peranan pupuk kompos dan pupuk NPK terhadap hasil tanaman padi (Oryza sativa) pada tanah inceptisol.
1.4.Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah :
1.      Memberikan ilmu pengetahuan kepada pembaca bahwa pemberian pupuk kompos dan pupuk NPK dapat mempengaruhi hasil tanaman padi pada tanah inceptisol/ lahan kering.
2.      Memberikan ilmu kepada penulis bahwa pupuk kompos dan pupuk NPK sangat berperan penting dalam mendapatkan hasil tanaman padi di tanah kering seperti tanah inceptisol.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Biologi Padi (Oryza sativa)
Padi termasuk keluarga padi-padian. Batangnya beruas-ruas yang di dalamnya berongga (kosong), tingginya 1 sampai 1,5 meter. Pada tiap-tiap buku batang tumbuh daun, yang berbentuk pita dan berpelepah. Pelepah itu membalut hampir sekeliling batang.
Di dalam tanah, dari tiap buku tumbuh tunas yang tumbuh menjadi  batang (anak padi). Anak padi tersebut beranak dan demikian berturut-turut. Bila telah sampai waktunya, dari tiap-tiap batang keluar bunga. Bunga itu bunga majemuk, yang galibnya disebut sebagai bulir. Pada tiap bulir keluar 100 sampai 400 bunga. Pada bunga ada 2 helai sekam kelopak dan 2 helai sekam mahkota. Waktu terjadi penyerbukan, bunga itu merekah (terbuka). Dan kalau penyerbukan telah berlalu, maka dasar bunga itu tertutup kembali. Sekam mahkota itulah yang selanjutnya menjadi kulit padi.
Padi memiliki sekam mahkota yang besar dan pada beberapa macam padi mempunyai ekor atau janggut. Sebutir padi berisi biji sebutir buah. Buah itu biasanya disebut beras.
Padi berakar serabut, batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang, daun sempurna dengan pelepah tegak, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek, bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang. Padi juga memiliki buah tipe bulir atau kariopsis yang bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah endospermium yang dimakan orang.
Padi dari Koehler's Book of Medicinal PlantsPadi tumbuh di daerah yang cukup air, suhu yang hangat dan tempat yang lembab juga becek. Kebutuhan padi yang tinggi akan air pada sebagian tahap hidupnya karena adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan udara (oksigen) ke bagian akar. Padi memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae                     
Divisio             : Angiospermae
Class                : Monocotyledone
Ordo                : Poales
Family             : Poaceae
Genus              : Oryza                                                           
Species            : Oryza sativa  (www.wikipedia.org)

                                                                                    Gambar 1. Padi
2.2. Pupuk kompos
Kompos atau humus adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah mengalami pelapukan. Pelapukan ini terjadi dengan adanya bantuan mikroba atau jasad renik. Kompos memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Pengelolaan bahan buangan menjadi bentuk kompos berfungsi ganda yaitu menjaga kebersihan lingkungan hidup dan kompos itu sendiri dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik (Arie Djoekardi, 1992).
Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kompos akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur. Tanah miskin akan menjadi subur. Tanah masam akan menjadi lebih netral. Tanaman yang diberi kompos tumbuh lebih subur dan kualitas panennya lebih baik daripada tanaman tanpa kompos (www.greenradio fm).
Pupuk kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami pelapukan, seperti jerami, alang-alang, sekam padi, dan lain-lain termasuk kotoran hewan. Kompos merupakan sumber hara makro dan mikromineral secara lengkap meskipun dalam jumlah yang relatif kecil (N,P,K, Ca, Mg, Zn, Cu, B, Mo, Si). Dalam jangka panjang, pemberian kompos dapat memperbaiki pH dan meningkatkan hasil tanaman pertanian pada tanah- tanah masam. Pada tanah- tanah yang kandungan P- tersedia rendah, bentuk fosfat organik mempunyai peranan penting dalam penyediaan unsur hara tanaman karena hampir sebagian besar P yang dibutuhkan tanaman terdapat pada P- organik. Sebagian P- organik dalam organ tanaman terdapat sebagai fitin, fosfolipid dan asam nukleat (Diah Setyorini, 2002).
Kompos banyak mengandung mikroorganisme yang berfungsi untuk proses dekomposisi lanjut terhadap bahan organik tanah. Dengan ditambahkannya kompos di dalam tanah, tidak hanya jutaan mikroorganisme yang ditambahkan ke dalam tanah, akan tetapi mikroorganisme yang ada didalam tanah juga terpacu untuk berkembang biak. Selain itu aktivitas mikroorganisme di dalam tanah juga menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan seperti auksin, giberelin dan sitokinin yang dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan akar-akar rambut sehingga daerah pencarian unsur-unsur hara semakin luas.      
Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih mentah, apapun bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak bisa diserap haranya oleh tanaman. Apalagi sisa tanaman yang masih segar bugar juga tidak dapat diserap haranya oleh tanaman. Kompos yang setengah matang juga tidak baik untuk tanaman. Bahan organik harus dikomposkan sampai matang agar bisa diserap haranya oleh tanaman. Prinsipnya adalah tanaman menyerap hara dari tanah, oleh karena itu harus dikembalikan menjadi tanah dan diberikan ke tanah lagi (www.wattpad.com).
2.3. Pupuk NPK
Pupuk NPK merupakan pupuk anorganik dimana pupuk ini memiliki unsur N, P dan K di dalamnya yang digunakan untuk menambah unsur hara di dalam tanah selain dengan penggunaan pupuk organik. Ketiga unsur ini mempunyai peran yang sangat penting terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, dimana ketiga unsur ini saling berinteraksi satu sama lain dalam menunjang pertumbuhan tanaman, unsur nitrogen dapat diperoleh dari pupuk Urea dan ZA. unsur P dari pupuk TSP/SP-36, sedangkan K dalam KCI dan ZK.
2.3.1.      Peranan Nitrogen
Ketersediaan N yang berasal dari pupuk tampaknya lebih menentukan hasil tanaman padi. Tingginya serapan tanaman terhadap pupuk N tidak diikuti dengan kenaikan hasil gabah.
Unsur N adalah merupakan unsur yang cepat kelihatan pengaruhnya terhadap tanaman. Peran utama unsur ini adalah merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun), meningkatkan jumlah anakan, dan meningkatkan jumlah bulir/ rumpun.
Pemberian pupuk N sebagai pupuk susulan berguna untuk mencegah terjadinya gabah hampa. Bila pupuk N diberikan setelah keluarnya bunga maka akan terjadi kelebihan N yang mengakibatkan peningkatan jumlah gabah hampa. Selain itu, produksi anakan yang tumbuh belakangan akan mengalami keterlambatan dalam pematangannya.
Apabila suatu tanaman diberikan dosis N yang berlebihan dapat menyebabkan pertumbuhan vegetatif memanjang (lambat panen), mudah rebah, menurunkan kualitas bulir, dan respon terhadap serangan hama/ penyakit.
2.3.2.      Peranan Posfor
Sebagaimana halnya pupuk N, pupuk P juga diberikan sebagai pupuk dasar, yaitu satu hari sebelum tanam dengan cara disebarkan dan dibenamkan dalam tanah sawah yang berbentuk lumpur. Pemberian pupuk P pada tahap ini penting untuk pemanjangan akar tanaman padi. Biasanya pupuk P diberikan sekaligus karena mobilisasi unsur ini dari daun tua ke daun muda cukup tinggi ( Suryatna Rafi’i,1982).
Fungsi utama posfor dalam pertumbuhan tanaman adalah memacu terbentuknya bunga, bulir pada malai, menurunkan aborsitas, perkembangan akar halus dan akar rambut, memperkuat jerami sehingga tidak mudah rebah dan memperbaiki kualitas gabah. Kekurangan posfor menyebabkan tanaman pertumbuhan kerdil, jumlah anakan sedikit, dan daun meruncing berwarna hijau gelap.
2.3.3.      Peranan Kalium
Adanya  kalium di dalam tanah menyebabkan ketegaran tanaman terjamin, merangsang pertumbuhan akar, tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit, memperbaiki kualitas bulir, dapat mengurangi pengaruh kematangan yang dipercepat oleh posfor, dan mampu mengatasi kekurangan air pada tingkat tertentu.
Kekurangan kalium menyebabkan pertumbuhan kerdil, daun kelihatan kering dan terbakar pada sisi-sisinya, menghambat pembentukan hidrat arang pada biji, permukaan daun memperlihatkan gejala klorotik yang tidak merata. Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar magnesium daun menurun, sehingga aktivitas fotosintesis terganggu.      ( Abdul Wahid, 2000)
2.4. Tanah Inceptisol.
Inceptisol berasal dari bahasa latin inceptum yang berarti mulai. Konotasinya ialah tanah muda. Inceptisol ini mempunyai epipedon ochric (yunani, orhros = pucat) ( Suryatna Rafi’i. 1982).
Tingginya C -organik pada tanah inceptisol tergantung pada bahan/ tanaman yang ada di atasnya. Kerapatan tanaman dan bahan amorf yang cukup tinggi dapat menghambat proses perombakan bahan organik oleh mikrobia tanah.
Pada tiap horizon tanah terjadi perubahan N -total disebabkan oleh kehilangan N -total oleh perombakan bahan organik. Sedangkan ke horizon bawah menunjukkan kenaikan N - total ini diduga karena perombakan bahan organik yang belum intensif.
Inceptisol dapat berkembang dari bahan induk batuan beku, sedimen, metamorf dan inceptisol merupakan tanah yang baru berkembang yang mempunyai tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, tergantung pada tingkat pelapukan bahan induknya. Kesuburan tanahnya rendah, jeluk efektifnya beragam dari dari dangkal hingga dalam. Di dataran rendah pada umumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah lereng curam solumnya tipis. Pada tanah berlereng cocok untuk tanaman tahunan atau untuk menjaga kelestarian tanah (Munir, 1996).
Tanah- tanah mineral meliputi tanah- tanah yang kandungan bahan organiknya kurang dari 20 % atau tanah yang mempunyai lapisan organik dengan ketebalan kurang dari 30 cm (diukur dari permukaan tanah). Komposisi mineral dalam tanah tergantung dari beberapa faktor diantaranya bahan induknya serta proses yang bekerja pada pembentukan dan perkembangan tanah itu sendiri (Mul Mulyani dkk, 1991).
Warna tanah Inceptisol beranekaragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu bahan induknya dari endapan sungai, warna coklat kemerah-merahan karena mengalami proses reduksi, warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi. Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat- sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut- turut dalam musim kemarau. Penyebaran liat ke dalam tanah tidak dapat diukur (Ali Kemas, 2005). Tanah inceptisol dapat dilihat pada gambar 2.
            Gambar 2. Tanah Inceptisol (Anonimus, 2009)
                                                                                                                                               
2.5. Peranan pupuk kompos dan pupuk NPK terhadap hasil tanaman padi (Oryza sativa) pada tanah Inceptisol.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Achmad Iqbal (2008)  menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos jerami dengan taraf pupuk N mampu meningkatkan kualitas hasil tanaman padi dengan parameter jumlah gabah, bobot gabah, % gabah isi, bobot 100 butir, kandungan protein dan kandungan pati yang dapat dilihat pada tabel. 1 berikut :
Tabel 1. Pengaruh pupuk kompos jerami dengan taraf pupuk N terhadap hasil dan kualitas hasil tanaman  padi di tanah inceptisol.
Perlakuan
Jumlah gabah
Bobot gabah (gr)
% gabah isi
Bobot 100 butir (g)
Kandungan protein
Kandungan pati %
0 % N
25 % N
50 % N
75 % N
723,44 a
964,72 b
1387,44 c
1574,89 c
15,82 a
23,70 b
33,75 c
34,26 c
87,05 ab
94,43 b
92,69 b
81,84 a
24,69 a
25,16 b
25,22 b
25,43 b
7,19 a
6,87 a
7,26 a
7,39 a
73,66 a
73,87 a
74,30 a
73,82 a
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.
Dari tabel dapat dilihat bahwa peningkatan pemberian pupuk kompos dengan tarap pupuk N pada umumnya meningkatkan jumlah gabah per tanaman, bobot gabah per tanaman, bobot 100 butir gabah, kandungan protein dan dan kandungan pati dalam gabah.
Jumlah dan bobot gabah per tanaman secara nyata meningkat dengan perlakuan pemupukan N sampai dengan takaran 50 % anjuran. Penambahan takaran pupuk N sampai dengan takaran 75%  anjuran hasil yang relatif sama dengan takaran pupuk N 50% anjuran.
Dari hasil di atas, jumlah gabah tertinggi adalah dengan takaran 75% N sebesar 1574,89 dan terendah pada takaran 25 % N sebesar 723,44.  Tanaman padi memerlukan nitrogen (N) dalam jumlah banyak pada awal pertumbuhan sampai pembungaan untuk memaksimalkan jumlah malai produktif serta pada tahap pematangan biji.
Begitu juga dengan bobot gabah, hasil tertinggi diperoleh pada takaran 75% N anjuran sebesar 34,26 gr dan terendah pada perlakuan kontrol  sebesar 15, 82 gr. Perlakuan pemupukan N mulai takaran 25% N anjuran dengan penambahan kompos jerami dapat meningkatkan bobot gabah.
Persentase gabah isi menunjukkan bahwa takaran pupuk N yang lebih tinggi dari 50 % anjuran telah menurunkan persentase jumlah gabah isi. Dapat dilihat dari tabel di atas, persentase gabah isi tertinggi adalah pada takaran 25%N anjuran sebesar 94,43% dan terendah adalah takaran 75 % N anjuran sebesar 81,84 %.  Pengisian gabah selain dipengaruhi oleh ketersediaan hara N pada saat pemasakan, juga dipengaruhi oleh ketersediaan air, suhu dan radiasi matahari. Jumlah gabah yang banyak dengan kondisi suhu yang relatif tinggi mungkin menyebabkan banyak gabah yang tidak terisi secara maksimal.
Bobot 100 butir gabah tidak berbeda pada semua perlakuan. Bobot 100 butir gabah tertinggi diperoleh pada takaran 75% N anjuran sebesar 25,43 gr dan  terendah pada perlakuan kontrol sebesar 24,69 gr. Jadi, perlakuan pemupukan N mulai takaran 25% anjuran mampu meningkatkan bobot 100 butir gabah.
Sedangkan kandungan protein dan kandungan pati dalam gabah menunjukkan bahwa secara umum kualitas hasi gabahnya relatif tidak berbeda. Kandungan protein tertinggi diperoleh pada takaran 75% N anjuran sebesar 7,39 % dan terendah adalah pada takaran 25% N anjuran sebesar 6,87%. Sedangkan kandungan pati tertinggi diperoleh pada takaran 50% N anjuran sebesar 74,30% dan terendah pada perlakuan kontrol sebesar 73.66%.
Berdasarkan serapan hara N tanaman padi yang diamati pada fase vegetatif maksimum, maka potensi kandungan protein gabah yang paling tinggi adalah pada tanaman yang di pupuk N takaran 75 % anjuran. Apabila dilihat dari kandungan patinya maka pemberian limbah organik cenderung meningkatkan kandungan pati dalam gabah. Ketersediaan hara P dan K dalam bahan organik sangat penting dalam síntesis pati.
Pupuk kompos mampu menggantikan peran pupuk N anorganik seperti pupuk NPK. Ketersediaan N dalam tanah meningkat setelah pemberian pupuk kompos jerami tersebut. Menurut Arifin (2006), kandungan bahan organik rendah menyebabkan tanaman kurang efesien dalam penggunaan pupuk anorganik. Pemberian pupuk kompos jerami meningkatkan kandungan N tanah dan mengurangi jumlah N pupuk yang diserap tanaman. Fungsi N pada tanaman padi adalah memberikan warna hijau gelap pada daun serta komponen klorofil, merangsang pertumbuhan yang cepat, serta meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, ukuran daun, butiran gabah dan kadungan protein dalam biji. Tingginya kandungan N juga dapat menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit. Sebagian besar tanaman yang diberi pupuk N dengan 75 % paling banyak terserang penyakit sehingga banyak tanaman yang terganggu pertumbuhannya.  
Mengingat peranan bahan organik begitu penting, yaitu sebagai kunci utama dalam meningkatkan produktivitas tanah dan efesiensi pemupukan, maka penambahan bahan organik merupakan tindakan yang harus lebih dahulu dilakukan untuk memperbaiki lingkungan tumbuh tanaman, sehingga produktivitas dapat meningkat. Kendala utama dalam pemupukan organik adalah jumlahnya yang banyak, sehingga bahan organik yang digunakan sebaiknya insitu. Untuk memperoleh manfaat penggunaan bahan organik, seperti jerami sebaiknya setiap musim tanam dikembalikan ke dalam tanah.
  Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan terhadap tanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum, faktor- faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan hara terutama N, P, K dan S(Parr, 1978).
Penggunaan pupuk organik berupa jerami perlu dilakukan setiap musim tanam untuk dapat mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi, dan sebaiknya yang mempunyai nisbah C/N rendah, yaitu <20 karena bahan organik dengan nisbah C/N rendah lebih cepat terdekomposisi sehingga segera berperan menjadi berbagai macam unsur hara dan berperan dalam pembentukan humus dan agregat tanah.
Pada penelitian lain,  Kasniari dan Nyoman Supadma (2007) melakukan penelitian menggunakan pupuk anorganik berupa pupuk NPK dengan parameter kadar N total dalam tanah, kadar P dalam tanah, kadar  K dalam tanah, jumlah batang produktif  dan berat gabah kering giling yang dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Pengaruh beberapa dosis pupuk NPK terhadap hasil tanaman padi (Oryza sativa) di tanah inceptisol.
Perlakuan
Kadar N- total dalam tanah
Kadar P dalam tanah
Kadar K dalam tanah
Jumlah batang produktif
Berat gabah kering giling
Dosis pupuk NPK
F1
F2
F3
F4
....%...
                  0,284 a
0,285 a
0,286 a
0,263 a
….ppm….
                      10,10 a
10,18 a
9,88 a
9,10 b
….ppm….
                         44,053 a
43, 542 a
39,477 b
38,076 b
bt/pot
              34,77 a
37,00 a
30,56 a
33,67 a
gr/pot
                    56, 852 a
59,709 a
51,700 a
55,157 a
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNT 5 %.


Dosis pupuk NPK :
F1 = 300 kg Urea, 75 kg SP.36, 50 kg KCl per hektar (1,2 g Urea, 0,3 g SP.36, 0,2 g KCl per pot)
F2 = 250 kg Urea, 50 kg SP.36, 25 kg KCl per hektar (1,0 g Urea, 0,2 g SP.36, 0 g KCl per pot),
F3 = 200 kg Urea, 25 kg SP.36, 0 kg KCl per hektar (0,8 g Urea, 0,1 g SP.36, 0 g KCl per pot),
F4 = 150 kg Urea, 0 kg SP.36, 0 kg KCl per hektar (0,6 Urea, 0 g SP.36, 0 g KCl per pot).

Pemberian pupuk NPK terhadap hasil tanaman padi pada tanah inceptisol memberikan pengaruh terhadap kadar N, P dan K di dalam tanah dan juga terhadap  jumlah batang dan berat gabah kering giling. Ini berarti pemberian pupuk NPK telah dapat menyediakan hara yang cukup bagi hasil tanaman padi.
Penambahan pupuk NPK pada tanah inceptisol dapat mempengaruhi kadar N, P dan K tersedia dalam tanah. Kadar N total tanah tertinggi adalah pada perlakuan F3 sebesar 0, 286 % dan terendah pada perlakuan takaran F4 sebesar 0,263 %. Suhartatik, Mastur, dan Partohardjono (1994) menyatakan bahwa hara nitrogen merupakan salah satu faktor pembatas utama untuk produktivitas padi sawah. Dari nitrogen tanah, sekitar 97-98 % berupa N-organik dan 2-3 % berupa N-anorganik. Menurut Yoshida (1981), produktivitas padi  lebih banyak ditentukan oleh kadar zat organik tanah. Dengan demikian, tanah-tanah yang berkadar bahan organik rendah perlu diupayakan tambahan pupuk N dari pupuk agar status hara N tanaman cukup untuk menopang produktivitas yang tinggi. Hasil analisis tanah juga menunjukkan bahwa kadar C-organik dan N-total tergolong rendah, sehingga pemberian pupuk nitrogen mutlak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tanaman dalam menopang pertumbuhannya (Abdul Wahid, dkk. 2000).
Sedangkan kadar P total dalam tanah tertinggi diperoleh pada perlakuan F2 sebesar 10,18 ppm dan  terendah pada perlakuan F4 sebesar 9,10 ppm. Hal ini sebagai akibat dari unsur P yang keberadaannya di dalam tanah relatif stabil. Posfor yang diabsorsikan tanaman akan didistribusikan ke bagian sel hidup terutama pada bagian reproduktif tanaman, seperti merangsang perkembangan anakan, jumlah gabah per malai yang relative banyak, pembungaan dan pembentukan biji.
Kadar K tersedia tanah tertinggi pada perlakuan F1 sebesar 44,053 ppm dan terendah pada perlakuan F4 sebesar 38,076 ppm. Kadar K tersedia tanah saat pengisian biji mengalami penurunan dibandingkan kadar K tersedia awal penelitian. Hal ini disebabkan karena K tersedia pada saat pengisian biji dapat diserap tanaman dengan baik. Selain itu jumlah K yang diambil dari tanah oleh tanaman lebih tinggi dibandingkan P sehingga dengan pemberian K yang cukup akan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Menurut Ahmad (1987), Rosmarkam & Yuwono (2002) unsur K berperan penting dalam meningkatkan turgor, meningkatkan kadar lignin dan selulosa serta sebagai aktivator enzim. Selanjutnya De Datta (1981) menyatakan bahwa unsur K berperan penting dalam pembentukan anakan, meningkatkan ukuran dan berat biji.
Analisis awal tanah diperoleh N total tanah masih dikatakan sedang. Semakin tinggi takaran pupuk Urea, SP.36 dan KCl seperti pada F1 maka kadar N total tanah semakin berkurang sampai perlakuan F3 walaupun tanpa pupuk KCl. Pada takaran F4 kadar N total tanah menurun karena hanya mendapatkan 0,6 gr urea tanpa tambahan pupuk SP 36 dan KCl.
Jumlah batang padi produktif tertinggi dihasilkan oleh perlakuan F2 (37,00) dan terendah pada F3 (30,56). Hal ini dikarenakan tercukupinya jumlah hara N, P dan K di dalam tanah terutama unsur P dan K karena awalnya kadar P dan K dalam tanah tersebut tergolong rendah. Dilihat dari hasil penelitian, kadar P dalam tanah yang berpengaruh terhadap banyaknya jumlah batang produktif karena pada tahap awal atau saat pertumbuhan sedang aktif (masa vegetatif), padi sangat memerlukan unsur hara N dan P. Pada tahap pembungaan, pembentukan, dan pematangan biji (masa generatif), padi sangat membutuhkan pupuk kalium.
Perlakuan dosis NPK pada taraf F2 memberikan berat gabah kering giling terbaik sebesar 59,709 g/pot. Hal ini didukung oleh jumlah batang padi produktif, berat gabah dan semakin sedikitnya persentase gabah hampa disertai kadar P tersedia di tanah yang tinggi. Ini berarti dengan semakin banyaknya batang padi yang menghasilkan gabah berisi maka semakin banyak atau semakin berat gabah yang dihasilkan.










BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Lahan kering seperti tanah inceptisol membutuhkan banyak tambahan unsur hara agar nantinya dapat menyokong pertumbuhan tanaman padi. Untuk memperoleh hasil tanaman padi yang baik di tanah inceptisol dapat dilakukan dengan memberikan kombinasi antara pupuk organik berupa pupuk kompos jerami dan pupuk anorganik berupa pupuk NPK dimana masing- masing unsur di dalam pupuk tersebut saling berinteraksi alam menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman padi pada tanah inceptisol yang masih tergolong miskin unsur hara tersebut.
3.2. Saran
 Tanah inceptisol tersebar luas di indonesia, untuk itu sebaiknya para petani yang ingin menanam padi pada tanah seperti ini lebih memperhatikan kebutuhan hara dari tanah tersebut dengan memberikan pupuk organik maupun pupuk anorganik agar nantinya memperoleh hasil gabah terbaik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2010. Padi. http://www.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2010.

Arafah dan M.P. Sirappa. 2003. Kajian Penggunaan jerami dan pupuk N, P dan K pada lahan sawah irigasi. BPTP Sulawesi Selatan

Djoekardi, Arie. 1992. Panduan Pertanian Ramah Lingkungan.

Hardjowigeno, H. S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta

Iqbal, Achmad. 2008. Potensi Kompos dan Pupuk Kandang untuk Produksi Padi Organik di Tanah Inceptisol. UNSOED. Purwokerto

Kasniari, D.N, Anyoman. 2007. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (N, P, dan K ) dan Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dan Kadar N, P,K Inceptisol Selemadeg, Tabanan. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Bali.

Mulyani, Mul. Kartasapoetra, A.G. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.

Nursyamsi, Dedi. 2004. Beberapa Upaya Untuk Meningkatkan Produktivitas Tanah di Lahan Kering. IPB , Bogor.

Osman, Fiyanti. 1996. Memupuk Padi dan Palawija. P.T. Penebar Swadaya. Jakarta

Rafi’ i, Suryatna. 1982. Ilmu tanah. Penerbit angkasa. Bandung.

Wahid, Abdul, dkk. 2000. Peranan Pupuk NPK pada Tanaman Padi. Departemen Pertanian, Irian Jaya.

Wattpad, 2008. Membuat kompos dan pupuk organik. http://www.wattpad.com. Diakses tanggal 1 November 2008.

Yoshida, S dalam Achmad Iqbal. 1981. Fundamental of Rice Crop Science. IRRI, Philippines.

2 komentar: